Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak berisiko lebih rendah lagi tahun ini meskipun pemerintah sudah memangkas asumsi Indonesia crude price dalam RAPBN Perubahan 2015 hingga menjadi US$70 per barel.
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan perang harga antara Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) yang sebagian besar merupakan negara di Timur Tengah dengan Amerika Serikat membuat harga minyak dunia sulit diprediksi.
“Asumsi US$70 dolar (per barel) pun berisiko akan lebih rendah lagi mengingat yang terjadi adalah perang harga, bukan supply-demand biasa,” katanya dalam rapat pembahasan RAPBN-P 2015 dengan Badan Anggaran DPR, Senin (19/1/2015).
Tren harga minyak yang terus menurun dalam empat bulan terakhir membuat pemerintah dalam RAPBN-P 2015 yang diajukan ke DPR merevisi asumsi ICP menjadi US$70 per barel dari US$105 per barel dalam APBN 2015. Awal tahun ini saja, harga minyak menukik ke kisaran US$40-US$50 per barel.
Bank Indonesia memprediksi harga rata-rata minyak dunia tahun ini berada di level US$65 per barel.
Menkeu menambahkan penurunan harga minyak, ditambah lifting minyak yang rendah, membuat penerimaan negara dari sektor migas tahun ini bakal turun drastis.