Bisnis.com, JAKARTA – Dana asing kembali masuk ke pasar utang Indonesia setelah keluar Rp20,8 triliun pada Desember. Investor melirik kembali portofolio yang lebih menarik setelah Amerika Serikat tidak memberikan kepastian mengenai penaikan suku bunga.
Berdasarkan data Ditjen Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan, kepemilikan asing per 14 Januari mencapai Rp469,7 triliun, naik Rp8,3 triliun dari posisi 31 Desember, mengompensasi hampir separuh outflow sepanjang bulan lalu.
Pada Desember, asing menarik dana Rp20,8 triliun, dipantik oleh penguatan spekulasi percepatan penaikan Fed funds rate ke paruh pertama 2015.
Kepemilikan asing terhadap surat berharga negara (SBN) menciut menjadi Rp461,4 triliun atau 38,1% dari posisi puncak nyaris 40% terhadap total SBN.
Namun, sikap the Federal Reserve kembali tidak menunjukkan agresivitas normalisasi kebijakan moneter seusai pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) Desember.
Inflasi pun relatif tidak bergerak, bahkan terancam deflasi karena harga minyak turun. Bersamaan dengan itu, imbal hasil US Treasury 10 tahun turun dari 2% ke 1,8%.
“Investor asing melirik lagi negara-negara yang fundamentalnya bagus dan yield-nya menarik,” kata Head of Fixed Income Research Mandiri Sekuritas Handi Yunianto, Kamis (15/1).
Dari dalam negeri, tutur Handi, fundamental ekonomi ditopang oleh kebijakan pemerintah mengurangi subsidi BBM bersamaan dengan penerapan subsidi solar dan penghapusan subsidi premium.
Namun, investor masih menanti apakah penghematan anggaran itu direalokasi untuk pembangunan infrastruktur.
Sejumlah risiko pun masih mengintai di depan. Kemungkinan penaikan suku bunga AS tahun depan tetap ada yang dapat memicu naiknya yield US Treasury.
Saat return di AS lebih menarik, itulah momentum investor asing ‘pulang’ ke Negeri Paman Sam.
Outflow pada gilirannya akan mendepresiasi rupiah yang semakin memicu dana asing keluar lebih deras.
Handi menyebutkan titik impas berada di level Rp12.750 per dolar AS, yang merupakan kurs rata-rata saat dana asing masuk sepanjang November-Desember.
“Kalau rupiah dibiarkan melemah di atas Rp13.000 per dolar AS, itu bisa menjadi trigger bagi investor untuk keluar lagi,” ujar Handi.