Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

INDUSTRI BESI & BAJA: Kepedulian Lingkungan Vs Orientasi Profit

Mengembangkan industri baja sangat penting bagi bangsa ini, mengingat data South East Asia Iron and Steel Institute (SEAISI) menunjukkan konsumsi baja nasional pada 2013 sebesar 12,7 juta ton, yang diisi produk impor sebesar 66%. Diperkirakan nilai konsumsi baja pada saat itu mencapai US$13,4 miliar.
Pabrik baja /Bisnis.com
Pabrik baja /Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - "Nanti kami mau panggil, kami mau lihat komitmennya. Januari paling tidak harus diselesaikan.”

Suara lantang Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya seuasi rapat koordinasi dengan beberapa menteri di Kantor Menko Perekonomian Selasa malam 24 Desember 2014 mempertegas sikapnya atas tindakan para pencemar lingkungan.

Pernyataanya tersebut tidak sebatas gertakan. Minggu pertama pada Januari 2015, sebanyak 14 perusahaan baja diundang oleh KLH dan Kehutanan guna memastikan aktivitas industri tidak merugikan lingkungan.

Pesannya jelas, pemerintah mendukung pengembangan industri baja tetapi para pelaku usaha tetap harus memperhatikan kelestarian lingkungan dalam aktivitas industrinya.

“Tugas saya juga untuk memperbaiki industri baja yang mencemari lingkungan. Tidak hanya itu, kami harus mempertegas limbah-limbah yang dihasilkan dari industri baja itu tergolong B3[bahan berbahaya dan beracun] atau tidak, hal ini akan dikoordinasikan dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat,” tuturnya.

Mengembangkan industri baja sangat penting bagi bangsa ini, mengingat data South East Asia Iron and Steel Institute (SEAISI) menunjukkan konsumsi baja nasional pada 2013 sebesar 12,7 juta ton, yang diisi produk impor sebesar 66%. Diperkirakan nilai konsumsi baja pada saat itu mencapai US$13,4 miliar.

Pengembangan industri baja tidak hanya bertujuan melipatgandakan kapasitas produksinya, tetapi juga menghasilkan produk berkualitas lewat penggunaan teknologi yang memiliki tingkat efisiensi tinggi.

Berdasarkan hasil pemantauan KLH dan Kehutanan hadirnya industri baja eksodus dari China terindikasi menggunakan teknologi tidak ramah lingkungan. Selain itu, hasil evaluasi dari Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan (Proper) menunjukkan kinerja yang tidak menyenangkan untuk industri besi dan baja.

Contohnya saja pada Proper periode 2013 - 2014 berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia No. 180/2014 tentang Hasil Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup 2013 –2014 ada 13 perusahaan yang berperingkat merah a.l PT. Kesa Indotama, PT Chitose Indonesia Manufacturing, PT Raja Besi, PT Sepanjang Baut Sejahtera.

Selanjutnya PT New Simomulyo, PT Timur Megah Steel, PT Manna Jaya Makmur PT Sky Indonesia, PT Bredero Shaw Indonesia, PT Kerismas Witicko Makmur, dan PT Alfo Citra Abadi.

Sementara itu, pada Proper periode sebelumnya berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia No. 349/2013 tentang Hasil Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup 2012 – 2013, ada delapan perusahaan besi dan baja yang mendapat peringkat merah seperti, PT Mitsuba Indonesia, PT Chunpao Steel Indonesia, PT Alstom Power Energy Sytems Indonesia, PT Barata Indonesia, PT Indra Eramulti Logam Industri (IMLI), PT Manna Jaya Makmur, dan PT Alfo Citra Abadi.

General Manager Corporate Secretary PT Krakatau Steel Tbk (KS) Iip Arief Budiman mengatakan komitmen perusahaan untuk senantiasa patuh terhadap berbagai regulasi yang ada, termasuk regulasi di bidang lingkungan hidup dengan tetap memperhatikan pembinaan yang diberikan oleh Kementerian Lingkungan Hidup.

“Pada periode sebelumnya, [2011 – 2012 dan 2012 – 2013] kami mendapatkan peringkat biru dalam Proper yang berarti taat. Tahun ini kami tidak dinilai karena masih menyelesaikan dokumen-dokumen yang terkait penilaian Proper,” tuturnya.

KOMITMEN KS

Iip mengatakan KS tidak main-main dengan aktivitas industri terutama terkait lingkungan hidup, Komitmen tersebut adalah bagian dari pemenuhan prinsip-prinsip Good Corporate Governance.

“Jadi jelas bahwa kami belum pernah mendapat peringkat merah maupun hitam. Kami berupaya meningkatkan kinerja kami,” tambahnya.

Selain upaya peningkatan aktivitas industri yang dilakukan KS, upaya peningkatan kinerja juga dilakukan oleh PT Indra Eramulti Logam Industri. Yang pada Proper 2012 - 2013 berperingkat merah.

Evaluasi perusahaan untuk memperbaiki pengelolaan lingkungan hidup tidak sia-sia, dengan mendapat peringkat biru pada Proper periode 2013 - 2014. Peringkat merah diartikan sebagai sudah adanya upaya perusahaan dalam memenuhi kriteria penilaian tetapi tidak mencapai target, sedangkan dalam peringkat biru perusahaan sudah mencapai berbagai target penilaian yang disyaratkan.

Terkait dengan pemanggilan 14 perusahaan oleh KLH dan Kehutanan, Asisten Deputi Pengendalian Pencemaran Manufaktur Prasarana dan Jasa, KLH dan Kehutanan Sulistyowati menjelaskan perusahaan yang dipanggil oleh pemerintah tidak hanya terkait dengan evaluasi proper periode 2012 – 2013 dan 2013 – 2014 tetapi juga periode sebelumnya. Bahkan menurutnya, ada perusahaan yang belum pernah mengikuti Proper tetapi sudah ikut diawasi terkait aktivitas produksinya, seperti PT Jakarta Central Asia.

Geliat industri terus disuarakan, aktivitas guna merangsang pertumbuhan tak henti dilakukan. Menuju daya siang global, apakah harus mengorbankan lingkungan?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Bisnis Indonesia, Rabu (14/1/2015)
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper