Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

HARGA PREMIUM: Pertamina Siap Terapkan Kebijakan Batas Atas

PT Pertamina (Persero) mengaku siap menjalankan kebijakan batas atas harga Premium sebesar Rp9.500 per liter kendati kebijakan tersebut berpotensi menjebak keuangan negara dalam kubangan subsidi.

Bisnis.com, JAKARTA—PT Pertamina (Persero) mengaku siap menjalankan kebijakan batas atas harga Premium sebesar Rp9.500 per liter kendati kebijakan tersebut berpotensi menjebak keuangan negara dalam kubangan subsidi.

Direktur Pemasaran Pertamina Ahmad Bambang mengatakan akan menjalankan setiap kebijakan yang dikeluarkan pemerintah terkait harga bahan bakar minyak (BBM), termasuk kebijakan batas atas harga Premium sebesar Rp9.500 per liter.

Namun, menurutnya, kebijakan tersebut akan menyebabkan keuangan negara kembali terjebak subsidi seperti di masa lalu jika harga minyak dunia naik lebih dari US$90 per barel.

“Kami akan menjalankan, namun jadi kembali seperti dulu,” katanya di Jakarta, Senin (12/1).

Seperti diketahui, Menteri Koordinator Perekonomian Sofyan Djalil menggulirkan wacana penetapan batas atas untuk harga BBM jenis Premium ketika harga keekonomian melebihi Rp9.500 per liter.

Lebih jauh, Ahmad mengungkapkan patokan harga Rp9.500 per barel tidak diperlukan setidaknya sampai akhir tahun. Sebab, harga minyak dunia sampai akhir tahun tidak akan lebih dari US$70 per barel.

Prediksi tersebut berdasarkan asumsi harga minyak yang dipakai Arab Saudi untuk menghitung penerimaan negara yaitu sebesar US$60 per barel. Menurutnya, Arab Saudi bisa menjadi patokan karena menjadi negara dengan jumlah produksi minyak terbesar dalam Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) sehingga bisa mengendalikan harga.

“Pemimpin OPEC itu Arab Saudi dengan produksi 8 juta barel per hari, asumsi APBN mereka US$60 per barel, karena itu pasti ke sana [harga antara US$60 hingga US$70 per barel],” ujarnya.

Dia mengusulkan harga BBM tetap mengikuti pasar, sementara subsidi diberikan dalam bentuk perlindungan sosial (social protection) kepada masyarakat menengah ke bawah. Dengan begitu, menurutnya, subsidi akan lebih tepat sasaran.

Ahmad menilai penerapan harga keekonomian BBM tetap diperlukan karena harga BBM di Indonesia termasuk murah jika dibandingkan dengan negara tetangga di ASEAN. Harga yang murah menyebabkan masyarakat boros menggunakan energi.

“Kalau mahal kan orang jadi efisien,”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Fauzul Muna

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper