Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Kakao Cemaskan Pasok Bahan Baku Lokal Turun

Asosiasi Pengusaha Industri Kakao dan Cokelat Indonesia mengkhawatirkan pasokan kakao dalam negeri terhadap industri pengolahan berkurang akibat produktivitas komoditas ini yang terus menurun.

Bisnis.com, BANDUNG--Asosiasi Pengusaha Industri Kakao dan Cokelat Indonesia mengkhawatirkan pasokan kakao dalam negeri terhadap industri pengolahan berkurang akibat produktivitas komoditas ini yang terus menurun.

Ketua APIKCI Sony Satari mengaku dalam beberapa waktu ke depan pasokan kakao dalam negeri dikhawatirkan akan berkurang karena produktvitas yang kian menurun.

"Adanya rencana rehabilitasi perkebunan kakao diharapkan mampu mendongkrak pasokan ke industri pengolahan," katanya kepada Bisnis, Selasa (6/1).

Dia menjelaskan saat ini produktivitas kakao di Indonesia hanya sekitar 450.000-500.000 ton per tahun.

Adanya program rehabilitasi dari pemerintah itu bisa mendongkrak produktivitas kakao dalam negeri sekitar 700.000-800.000 ton per tahun.

"Anggaran Rp1,7 triliun untuk rehabilitasi perkebunan kakao dirasa kurang. Namun, setidaknya dengan rehabilitasi diharapkan mampu pasokan kakao bisa meningkat," ujarnya.

Dia mengatakan kendati Indonesia menduduki peringkat ketiga penghasil kakao terbesar di dunia setelah Pantai Gading dan Ghana.

Akan tetapi, dari segi kualitas, kakao Indonesia kurang bagus karena bijinya mayoritas tidak difermentasi. Sementara kebutuhan industri ingin biji kakao yang sudah difermentasi.

"Selama ini, kami masih impor kakao dari Ghana untuk mencampur kakao lokal untuk mendapatkan cita rasa atau standar produk kakao olahan," katanya.

Dia menilai adanya Permentan Nomor 67 Tahun 2014 hasil fermentasi kakao petani akan lebih baik, sehingga kebutuhan industri dalam negeri tidak perlu ditutupi dari kakao luar negeri.

"Saya pikir anggaran untuk rehabilitasi kakao pun harus digunakan untuk penyuluhan fermentasi terhadap petani. Hal ini agar kakao dalam negeri sepenuhnya diserap industri pengolahan," katanya.

Adapun daya saing industri pengolahan kakao saat pasar bebas Asean, pihaknya masih pesimistis karena masih didominasi kepemilikan asing.

Dia menjelaskan selama ini industri pengolahan kakao dalam negeri masih berkapasitas kecil karena tidak memiliki modal untuk bersaing dengan industri besar.

"Bisa dibayangkan jika industri asing itu menguasai pasar dalam negeri," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper