Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

ANTEMORTEM Kopilot AirAsia QZ8501: Polri Gandeng Interpol

Kepolisian RI akan menggandeng Interpol untuk menemukan data Antemortem kopilot AirAsia QZ8501 Remi Emmanuel Plesel, yang diketahui berasal dari Kepulauan Karibia, sebab data mengenai korban itu hingga kini belum masuk ke tim identifikasi korban.
Personel militer Singapura menurunkan muatan dari pesawat Hercules saat tiba di Lanud Iskandar, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Kamis (1/1/2015)./JIBI-Dwi Prasetya
Personel militer Singapura menurunkan muatan dari pesawat Hercules saat tiba di Lanud Iskandar, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Kamis (1/1/2015)./JIBI-Dwi Prasetya

Bisnis.com, SURABAYA - Kepolisian RI akan menggandeng Interpol untuk menemukan data "Antemortem" kopilot AirAsia QZ8501 Remi Emmanuel Plesel, yang diketahui berasal dari Kepulauan Karibia, sebab data mengenai korban itu hingga kini belum masuk ke tim identifikasi korban.

"Hingga laporan terakhir, tim "disaster victim identification" masih belum mengantongi data antemortem dari Remi Emmanuel Plesel, karena kesulitan, sebab keluarganya berdomisili di Kepulauan Karibia, sehingga kita akan bekerja sama dengan Interpol," kata Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Awi Setiyono dalam keterangan pers AirAsia di Surabaya, Jumat petang (2/1/2015).

Dengan kerja sama Interpol itu, ia mengharapkan dalam kurun dua hingga tiga hari, tim DVI bisa memiliki data antemortem atau data anggota keluarga yang diperlukan tim identifikasi untuk dicocokkan dengan data korban kecelakaan dari kopilot AirAsia.

Sebelumnya, tim DVI mengaku masih mengantongi data antermortem dari 161 keluarga korban, dan kurang satu yang belum menyerahkan, yakni dari keluarga Remi Emmanuel Plesel.

Sementara untuk DNA keluarga korban yang sudah diterima Tim DVI hingga Jumat malam sebanyak 128 dan kurang 34 DNA.

Dalam waktu dekat, ia berharap semua data mengenai antermortem dan DNA keluarga korban bisa didapat tim DVI, sehingga akan membantu tim identifikasi dalam mencocokkan data korban dengan keluarga korban.

"Antemortem" merupakan kegiatan "profiling" yakni menyiapkan data orang, seperti rekam medis, sidik jari, DNA, termasuk ciri-ciri fisik seperti tahi lalat, tato dan tanda-tanda khusus di tubuh lainnya.

Berikutnya, semua data sekunder itu ditindaklanjuti atau masuk dalam proses 'postmortem' setelah teridentifikasi dan disampaikan kepada pihak keluarga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Redaksi
Editor : Sepudin Zuhri
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper