Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan penyedia buku kurikulum 2013 terancam menelan kerugian hingga Rp5 triliun akibat penghentian penerapan kurikulum 2013 oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kerugian tersebut disebabkan adanya pembatalan kontrak penyediaan 445 juta eksemplar buku semester I dan II yang diproduksi oleh 40 perusahaan dan konsorsium percetakan.
"Kerugian untuk buku semester I mencapai Rp3,1 triliun, sedangkan untuk buku semester II mencapai Rp1,9 triliun," papar Ketum Persatuan Perusahaan Grafika Indonesia (PPGI) Jimmy Juneanto, saat memberikan keterangan resmi di Jakarta, Senin (8/12/2014).
Meskipun penghentian pemberlakuan kurikulum tersebut masih berupa surat edaran, namun sudah ada beberapa sekolah dan pemerintah daerah yang sudah memutuskan untuk membatalkan pemesanan buku.
"Mereka tidak mau bayar bukunya, karena menganggap tidak akan terpakai karena kurikulum berubah," imbuhnya.
Jimmy menjelaskan untuk buku semester I, total buku yang diproduksi mencapai 285 juta eksemplar, di mana 95% dari total tersebut telah diterima sekolah tetapi pembayaran baru mencapai 48% dari total tagihan.
Sementara untuk 160 juta eksemplar buku semester II, pembayaran buku kolektif oleh Dinas Pendidikan masing-masing daerah nyaris belum terbayarkan, padahal sekitar 48% buku telah didistribusikan.