Bisnis.com, JAKARTA– Indeks manufaktur Indonesia pada November 2014 mengalami kontraksi akibat tekanan dari penaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi.
HSBC Purchasing Managers’Index pada November 2014 hanya berada di angka 48,0, lebih rendah dibandingkan angka pada Oktober 2014 yang sebesar 49,2.
Berdasarkan hasil riset yang dipublikasikan HSBC melalui situs resminya, penaikan harga BBM baru-baru ini mendorong kenaikan tajam pada ongkos produksi pabrik manufaktur dalam negeri.
Secara umum, kontraksi sektor manufaktur ini didorong oleh tajamnya penurunang hasil produksi dan pesanan baru, serta koreksi moderat dalam angka tenaga kerja.
Su Sian Lim, Ekonom untuk pasar Asean HSBC,mengatakan penaikan bbm memang menjadi salah satu faktor rendahnya indeks PMI bulan ini, namun lemahnya permintaan eksternal juga berperngaruh besar, dengan order baru ekspor mencapai tingkat terendah dalam13 bulan terakhir.
“Ditambah dengan fakta bahwa backlog kerja terus menurun dalam enam bulan berturut-turut, kondisi sektor manufaktu cenderung tetap lemah dalam beberapa bulan mendatang, bahkan setelah efek dari kenaikan harga BBM diserap,” ujarnya dalam riset tersebut, Senin (1/12/2014).
Pelemahan rupiah dan harga bahan bakar yang tinggi mengakibatkan peningkatan biaya produksi, tetapi rendahnya permintaan membuat margin para produsen tetap tipis karena tidak bisa serta merta menaikkan harga jual.