Bisnis.com, BANTEN--Produsen besi dan baka mengkhawatirkan pertumbuhan konsumsi pada tahun depan hanya memperlebar celah impor.
Kelebihan suplai impor, ini yang dikhawatirkan produsen baja termasuk PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. Rerata pertumbuhan permintaan besi dan baja setiap tahun di kisaran 11% - 12%. Yang menjadi pertanyaan, seberapa besar kebutuhan itu yang dipenuhi dari produksi lokal atau jangan-jangan lebih banyak barang impor.
Direktur Utama Krakatau Steel Irvan Kamal hakim mengatakan pada tahun depan pertumbuhan ekonomi China diperkirakan hanya 7%. Kondisi memperkuat dugaan bakal semakin banyak baja impor membanjiri pasar Indonesia.
Dia menyatakan setiap 1% penurunan pertumbuhan ekonomi Negeri Tirai Bambu berakibat kelebihan suplai domestik 24 juta ton. "Ini mau dikirim ke mana? Asean kah? Di Asean negara yang perlindungan dagang dan tarif bea masuk paling rendah adalah Indonesia," ujarnya, di Cilegon, Banten, Rabu (26/11/2014).
Kelebihan pasokan dari China dirasakan mengimpit produsen besi dan baja lokal setidaknya sejak tiga tahun terakhir. Ini terindikasi dari tren penurunan harga yang sempat bertengger di level US$700 - US$800 per ton, sekarang cuma di level US$500 - US$600 per ton.