Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kinerja Produsen Barang Modal Sulit Menanjak

Kinerja produsen mesin dan peralatan mesin yang biasa digunakan sebagai barang modal di dalam negeri diprediksi terdongkrak, dengan catatan operasional internal perusahaan harus sehat.
 Ilustrasi/Bisnis
Ilustrasi/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA—Kinerja produsen mesin dan peralatan mesin yang biasa digunakan sebagai barang modal di dalam negeri diprediksi terdongkrak, dengan catatan operasional internal perusahaan harus sehat.

Dirjen Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Harjanto mengatakan peningkatan produktivitas produsen barang modal domestik penting untuk mengurangi ketergangungan impor. Sejauh ini, mesin dan peralatan mekanik termasuk barang yang paling banyak diimpor pelaku industri.

Dia mencontohkan kinerja grup Texmaco di sektor permesinan yang tertekan lantaran masalah finansial perusahaan, dan kementerian tak bisa berbuat jauh karena ini bukan kewenangannya.

"Mereka punya teknologi yang semestinya bisa kita pakai untuk mengembangkan industri nasional dalam membangun mesin-mesin barang modal di dalam negeri. Tapi ada aspek masalah yang bukan kewenangan kami," ucapnya, Senin (10/11/2014).

Badan Pusat Statistik mencatat selama Januari - September 2014 porsi impor dalam struktur impor nonmigas terbesar berasal dari mesin, peralatan mekanik, dan peralatan listrik. Mesin dan peralatan mekanik sebesar 19,29%, sedangkan mesin dan peralatan listrik 12,86%.

Nilai impor golongan barang tersebut menunjukkan penurunan terhadap realisasi periode yang sama tahun lalu. Impor mesin dan peralatan mekanik tercatat US$19,55 miliar pada Januari - September tahun ini, turun 2,67% terhadap perolehan tahun lalu sebesar US$20,09 miliar.

Pembelian mesin dan peralatan listrik dari luar negeri susut 6,91%. Selama sembilan bulan pertama tahun lalu impor tercatat US$14,01 miliar tetapi periode yang sama tahun ini hanya US$13,04 miliar.

Harjanto menyatakan Perindustrian siap mendorong pengembangan bisnis para produsen barang-barang modal untuk industri. Tapi jika masalah yang membelit bukan kewenangan kementerian maka Kemenperin pun tak bisa berbuat banyak.

"Gagasan untuk membangun industri barang modal di dalam negeri kan untuk membangun nilai tambah, karena spending terbesar impor adalah barang modal dan bahan baku," ucapnya.

Kemenperin mencatat selama Januari 2010 - April 2014 saja jenis produk hasil pengolahan industri yang paling banyak dibeli dari dalam negeri adalah permesinan sejumlah 1.376 produk. Adapun total nilai impor barang-barang modal tercatat US$27,84 miliar.

Kepala Badan Pengkajian Kebijakan, Iklim, dan Mutu Industri (BPKIMI) Kementerian Perindustrian Arryanto Sagala berpendapat secara umum ada tiga hal yang mengganjal perkembangan industri pendukung di Tanah Air, baik yang memproduksi bahan baku dan penolong maupun barang modal.

"Industri pendukung harus dikembangkan [dengan membenahi] mulai dari perpajakan, infrastruktur, dan bagaimana memancing alih teknologi," kata dia.

BPKIMI memproyeksikan hingga lima tahun mendatang industri pendukung belum berkembang signifikan. Ketergantungan terhadap impor bahan baku dan penolong diperkirakan tetap di level 60% - 70% dari kebutuhan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dini Hariyanti
Editor : Nurbaiti
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper