Bisnis.com, JAKARTA - Selain pematangan jaringan pengaman sosial yang memadai, pemerintah perlu menjamin tidak adanya inflasi yang tinggi dari gejolak pasokan pangan saat penaikan harga BBM bersubsidi direalisasikan tahun ini.
"Pangan bergejolak, inflasinya kemana-mana, termasuk bahan baku sektor manufaktur," kata dia Lana Soelistiaingsih, ekonom Universitas Indonesia, Selasa (4/11/2014)
Seperti diberitakan sebelumnya, BPS juga mengingatkan pemerintah untuk mengamankan harga beras yang menunjukkan kecenderungan naik meskipun inflasi saat ini masih terkendali di level 4,83% (year on year).
Berdasarkan survei BPS, rata-rata harga beras medium jenis beras yang paling banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia pada tingkat penggilingan pada Oktober 2014 mencapai Rp8.126,34 per kg, naik 5,51% di bandingkan bulan yang sama tahun lalu.
Kenaikan harga bahan baku/penolong yang diikuti kenaikan tarif dasar listrik pada akhirnya membuat investor asing langsung (foreign direct investment/FDI) akan kembali wait and see jika tidak ada pertimbangan dan langkah yang tepat pasca kenaikan harga BBM bersubsidi.
Trennya justru portofolio yang akan meningkat. Kita lihat saja, saat ini memang pasar [portofolio] menunggu kepastian kenaikan harga BBM, tutur dia.
Selama ini, share sektor manufaktur terhadap keseluruhan investasi jangka panjang (nonportofolio) baik dari dalam negeri (PMDN) maupun asing (PMA) dalam jangka Januari-September 2014 justru mengalami penurunan dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Investasi PMA di sektor manufaktur sejak awal tahun hingga September senilai US$10,1 miliar atau sekitar 46,7% dari keseluruhan PMA. Walau masih menjadi penyumbang tersebesar, angka tersebut menunjukkan adanya penurunan dari periode yang sama tahun lalu senilai US$12,1 miliar atau menyumbang sekitar 58,6%.
Sementara untuk PMDN, posisi terakhir tahun ini senilai Rp41,8 triliun atau sekitar 36,6%. Walaupun mengalami kenaikan secara nilai dibandingkan tahun lalu Rp38,2 triliun, share terhadap keseluruhan investasi PMDN lebih rendah dari 2013 yang mencapai 40,7%.
Alhasil, penyerapan tenaga kerjanya pun selama ini justru menurun seiring dengan peningkatan nilai investasi.
Lana juga mengatakan sebenarnya tidak akan ada pengalihan anggaran yang cukup signifikan lewat kenaikan BBM bersubsidi tahun ini karena waktunya juga tinggal 2 bulan. Langkah ini juga belum tentu menjamin membantu penjagaan kuota BBM bersubsidi yang dipatok dalam APBNP2014.
Dalam sebuah diskusi belum lama ini, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara mengatakan sebagai negara berkembang, komponen pemicu inflasi paling besar di Indonesia masih berada pada sektor pangan berbeda dengan Amerika yang justru pada sektor jasa.
Menurutnya, kenaikan inflasi komponen harga yang diatur pemerintah (administered prices) seperti BBM dan gas bersubdisi akan menyebabkan harga kebutuhan lainnya ikut terkerek. Makanya, harus dijaga agar harga pangan tidak ikut naik juga, katanya.
Terkait kebijakan moneter, Mirza mengatakan akan melihat lebih lanjut bagaimana kondisi yang ada nantinya. Berkaca dari kenaikan BBM tahun lalu yang memicu inflasi hingga 8,3% dibarengi adanya goncangan pasar keuangan, BI sudah meanaikan suku bunga acuan 7,5% dan bertahan hingga saat ini