Bisnis.com, BALIKPAPAN—Asosiasi Pengusaha Compressed Natural Gas Indonesia mendesak pemerintah mempercepat pembangunan infrastruktur penunjang guna merealisasikan konversi bahan bakar minyak ke gas.
Ketua APCNGI Robbi Sukardi mengatakan Indonesia memiliki potensi gas yang lebih besar dibanding negara lain yang kini telah melakukan konversi bahan bakar minyak ke gas. Sayangnya, Indonesia belum memiliki infrastruktur penunjang yang matang.
“Unsur kesiapan gas kita sudah paling nomer satu, tinggal infrastrukturnya saja. Gas ini kan untuk sampai ke konsumen harus melalui pipa, itu yang harus dikejar agar tersedia secara merata di mana-mana,” tuturnya kepada Bisnis, Rabu (5/11/2014).
Selain itu, pemerintah juga harus gencar memasyarakatkan keunggulan penggunaan gas untuk kendaraan. Robbi berpendapat selama ini masyarakat masih menganggap penggunaan gas akan merusak mesin kendaraan.
Padahal, bahan bakar gas lebih unggul dibanding minyak karena harga yang lebih murah, gas buang yang prolingkungan, dan tidak meninggalkan kerak pada mesin sehingga biaya perawatan mesin akan lebih hemat.
Alasan lain yang menghambat konversi ke gas yakni sumber gas yang ada di Indonesia paling banyak berada di luar Pulau Jawa. Sementara itu, penduduk Indonesia paling banyak berada di Pulau Jawa. Akibatnya, harga gas pun menjadi lebih mahal.
“Gasnya di hulu itu murah, tapi karena dikirim ke daerah-daerah yang tersebar, otomatis ada biaya infrastruktur dan transportasi, yang terkadang mengakibatkan harga gas jadi mahal,” lanjutnya.
General Manager Pertagas Niaga Kusdi Widodo mengataku siap dan kini sedang mempercepat pembangunan infrastruktur penunjang konversi bahan bakar. Menurutnya, pembangunan akan dilakukan di sumber gas dan konsumen pengguna.
“Kita akan suplai LNG untuk konsumen-konsumen besar. Untuk pertambangan di Kalimantan Timur. Itu untuk kendaraan alat berat mereka, sekarang sedang pilot project uji coba,” katanya.