Bisnis.com, JAKARTA--Indonesia Iron and Steel Industry Association (IISIA) memproyeksikan 10 tahun lagi permintaan besi dan baja mencapai 94 kilogram per kapita.
“Pada 2025 kami perkirakan ada peningkatan konsumsi besi dan baja di dalam negeri sebesar dua kali lipat dari 47 kilogram per kapita per tahun seperti sekarang,” ucap Direktur Eksekutif IISIA Hidayat Triseputro saat dihubungi Bisnis, Kamis (9/10/2014).
Saat ini produksi besi dan baja di dalam negeri hanya 6 juta – 7 juta ton per tahun. Untuk memenuhi permintaan yang mencapai 12 juta ton, maka selebihnya dipasok melalui impor.
Selain mengimpor besi dan baja, industri dalam negeri masih mengimpor bahan bakunya. Pasokan bahan baku besi dan baja impor diperkirakan mencapai 70% dari kebutuhan. Permintaannya sendiri diasumsikan 5% - 10% di atas produksi.
Besaran impor besi dan baja juga terpengaruh pasar internasional yang kurang bergairah. Akibatnya, produsen besar seperti China melempar produksinya ke pasar lain, seperti Indonesia. Agar bisa memenangkan persaingan dengan produk lokal, harga ditekan lebih murah.
Secara global, lanjut Hidayat, produk asal Tiongkok dipasarkan sekitar US$40 lebih murah daripada buatan negara lain. Harga murah ini yang memengaruhi preferensi minat beli konsumen. Sementara produsen di dalam negeri justru ingin menaikkan harga karena harga bahan baku impor naik.
Pelaku industri ini berharap selepas pergantian presiden tidak ada gangguan politik lagi. Sejalan dengan itu pembangunan infrastruktur digenjot sehingga permintaan besi dan baja meningkat. Hal ini diharapkan dapat merangsang pertumbuhan produksi besi dan baja di dalam negeri.