Bisnis.com, JAKARTA — Penurunan nilai impor besi dan baja selama Januari – Agustus 2014 tak mengindikasikan penguatan pasokan domestik.
Direktur Eksekutif Indonesia Iron and Steel Industry (IISIA) Hidayat Triseputro mengatakan apabila terjadi penyusutan impor diharapkan karena industri di dalam negeri menguat. Tapi bukan ini yang terjadi terhadap impor besi dan baja selama delapan bulan pertama 2014.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor besi dan baja pada Januari – Agustus 2014 senilai US$5,55 miliar. Angka ini turun 18,67% terhadap realisasi periode yang sama tahun lalu sejumlah US$ 6,83 miliar. Impor besi dan baja menyumbang sekitar 6,21% terhadap total nilai impor nonmigas.
“Ada beberapa hal mungkin pengaruhi turunnya impor besi dan baja, mulai dari larangan impor terbatas baja paduan, pasar global belum pulih, ada gejolak politik, dan terkait pelemahan rupiah,” ucap Hidayat saat dihubungi Bisnis, Kamis (9/10/2014).
Depresiasi rupiah terhadap dolar Amerika Serikat membawa mata uang garuda sempat menyentuh Rp12.000-an per dolar. Pelemahan nilai tukar melambungkan harga besi baja maupun bahan baku yang dibeli dari luar negeri.
Di dalam negeri sendiri situasi politik dinilai sedang tak pasti menjelang pergantian tampuk pemerintahan. Pada akhirnya pebisnis enggan menjalankan bisnis secara jor-joran. Mereka menahan impor sembari menantikan arah kebijakan pemerintah baru.
“Mayoritas produksi besi dan baja nasional masih di bawah kebutuhan. Memang kalau ada penurunan impor diharapkan karena industri lokal yang meningkat tetapi belum tentu juga,” kata Hidayat.