Bisnis.com, DELISERDANG - Produsen sarung tangan sintetis Medisafe Technologies secara resmi memulai pengoperasian pabrik baru yang dapat meningkatkan kinerja produksi hingga dua kali lipat.
Vikram Hora, Chairman Medisafe Technologies mengungkapkan, saat ini perusahannya sudah menambah satu lagi pabrik sarung tangan sintetis di kawasan industrinya di Tanjungmorawa, Kabupaten Deliserdang, Sumatra Utara.
"Kami menginvestasikan US$35 juta untuk membangun pabrik ini," ujarnya usai peresmian di kawasan industri Medisafe, Selasa (7/10/2014).
Dia menjelaskan, pengoperasian pabrik baru ini dilakukan untuk menambah kinerja produksinya yang saat ini sudah menguasai 10% dari kebutuhan sarung tangan sintetis dunia.
Sebelum ini, Medisafe memiliki dua unit pabrik dengan kapasitas 16 miliar sarung tangan per tahun. Dengan pengoperasian pabrik baru, perusahaan di bawah payung Indorama Grup itu akan mampu membuat 2,3 miliar sarung tangan per tahun.
Di tambah lagi dengan pabrik lainnya di Malaysia--dengan nama perusahaan berbeda-- maka Indorama akan dapat memproduksi 14 miliar sarung tangan sintetis per tahun.
"Pendapatan kami pun akan meningkat dari US$25 juta menjadi US$60 juta per tahun," proyeksi Vikram.
Lebih lanjut dia mengungkapkan, sejak awal beroperasi pada 1989 di kabupaten Deliserdang, saat ini perusahaannya telah memiliki 1.600 orang karyawan dan menjadikannya sebagai PMA terbanyak menyerap tenaga kerja di kabupaten tersebut.
Bahkan dia mengklaim, dengan pengoperasian pabrik baru itu dan kemampuan kapasitas produksi yang dimikinya, Medisafe saat ini menjadi penguasa sarung tangan sintetis di Indonesia.
Warna-warni sarung tangan menjadi ciri khas produk buatan Medisafe. Dan secara kualitas, lanjut Vikram, otoritas terkait di AS sudah mengakui produk tersebut sesuai standar yang berlaku di negara tersebut.
Karena itulah produk sarung tangan sintetis buatan Medisafe sudah memiliki pasar ekspor ke AS. Bahkan, 70% dari total produksi Medisafe untuk pengriman ke negeri Paman Sam itu. Selain ke AS, mereka juga memiliki pasar ekspor ke sejumlah negara di Eropa dan Asia.
Sri Prakash Lohia, Chairman Indorama Grup mengatakan, setelah pengoperasian pabrik baru ini, korporasi belum memiliki rencana pengembangan bisnis selanjutnya di sektor ini di Indonesia.
"Belum ada rencana ekspansi lain di Indonesia untuk sarung tangan. Kami masih berupaya memaksimalkan kinerja industri di Tanjungmorawa," ujarnya.
Pemaksimalan kapasitas produksi menurutnya sangat penting dilakukan saat ini menghadapi pesaing dari Malaysia. Untuk menghadapi persaingan itu pula lah korporasi memilih menggunakan teknologi termutakhir dari Jerman, Jepang dan India yang dipadukan ke pabrik baru tersebut.
Vikram menambahkan, pabrik terbaru mereka memiliki berbagai keunggulan teknologi yang bahkan dia klaim sebagai yang terbaik di Indonesia, saat ini.
"Pembangunan pabrik GP (Glove Plant) 5 menggunakan teknologi khusus karena dibangun di atas lahan rawa," ujarnya.
Kondisi lahan itu pula yang mengharuskan pondasi bangunan ditanam sampai kedalaman 3,5 meter. Gedung juga dirancang tahan gempa bumi dan penggunaan energi yang ramah lingkungan.
Langkah itu dilakukan karena selain alasan efesiensi, perusahaan juga memahami bahwa Sumatra Utara masih mengalami defisit listrik. Salah satunya adalah dengan memperbanyak atap transparan sehingga banyak mengurangi penggunaan bola lampu.
Beberapa instalasi vital juga menggunakan mesin berbahan bakar panas yang dialirkan dari cerobong asap. Dengan kata lain, pabrik tidak menghasilkan asap karena asap tersebut dijadikan sebagai tenaga penggerak mesin di sejumlah instalasi. Begitu juga dengan limbah cairan, diolah dan digunakan lagi untuk kebutuhan air operasional industri.
"Medisafe menjadi pabrik manufaktur pertama di Indonesia yang menggunakan teknologi ramah lingkungan," ujarnya.
Dari catatan bisnis, selama tiga dekade terakhir, Indorama Grup telah menanamkan modalnya di Indonesia lebih dari US$2,5 miliar. Investasi itu digelontorkan ke berbagai sektor produksi, seperti Polyester Benang & Fiber, Polyester Filament Kain, Resin PET, Cotton SpurnYarn PTA dan sarung tangan sintetis. Dengan menyerap lebih dari 10,700 orang tenaga kerja.
Tengku Erry Nuradi, Wakil Gubernur Sumatra Utara berharap agar Indorama Grup tidak hanya berinvestasi memproduksi sarung tangan sintetis di provinsi tersebut.
Dia meminta agar Indorama mempertimbangkan untuk menanamkan modalnya di Sumut juga pada sektor energi yang saat ini sangat dibutuhkan.
Menurut Erry, saat ini Sumut masih mengalami defisit listrik hingga sebesar 1000 MW. Dia yakin Indorama mampu membangun pembangkit yang dapat mengurangi defisit daya tersebut seperti dengan teknologi energi yang diterapkannya di kawasan industri Medisafe Technologies.