Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tengkulak Mainkan Harga Garam, Petambak Merugi

Petambak garam di Kabupaten Cirebon Jawa Barat keluhkan merosotnya harga garam yang diduga karena ulah tengkulak yang sengaja mempermainkan harga garam di tingkat petani.

Bisnis.com, BANDUNG—Petambak garam di Kabupaten Cirebon Jawa Barat keluhkan merosotnya harga garam yang diduga karena ulah tengkulak yang sengaja mempermainkan harga garam di tingkat petani.

Harga garam di tingkat petani wilayah pesisir Jawa Barat yakni Cirebon dan Indramayu pada Agustus 2014 lalu berada di kisaran Rp600/kg dan memasukki Oktober 2014 harganya hanya Rp250/kg.

Ketua Ikatan Petani Garam Indonesia Kabupaten Cirebon Mohch Insyaf Supriadi mengatakan berdasarkan HPP yang telah ditetapkan pemerintah untuk harga garam kualitas I Rp750/kg, kualitas II Rp550/kg dan kualitas III Rp450/kg.

Dia menuturkan permainan tengkulak biasanya menjustifikasi garam milik petani tidak masuk pada kualitas yang telah ditetapkan pemerintah sehingga harganya cendrung jatuh bahkan pada level yang paling rendah.

“Harga garam kualitas III saja Rp450/kg sedangkan saat ini tengkulak menghargai garam milik petani hanya Rp250/kg saja,” katanya, Senin (6/10).

Oleh karena itu, lanjutnya, pemerintah harus lebih memperhatikan harga dasar garam sehingga petambak tidak terus merugi.

"Kami minta pemerintah perhatikan petambak garam, jangan hanya menggulirkan bantuan yang kurang tepat sasaran," ujarnya.

Ketua Asosiasi Petambak Garam Indonesia (Apgasi) Jawa Barat M. Taufik mengungkapkan anjoknya harga garam diduga hanya untuk petambak garam yang berada di wilayah Cirebon bagian Timur karena untuk tambak garam di wilayah Cirebon Utara dan Indramayu harganya masih bagus.

“Garam super [putih] di Cirebon Utara masih Rp400/kg sedangkan garam biasa harganya di kisaran Rp320-Rp350/kg,” ujarnya.

Secara terpisah, Asosiasi Pengusaha Garam Indonesia Jawa Barat mengatakan Indonesia masih membutuhkan impor garam bagi industri.

Ketua APGI Jabar Cucu Sutara mengatakan kondisi ini harus dilakukan mengingat  kualitas mutu garam produksi dalam negeri masih rendah karena NaCl yang kurang dari 95%.

“Sebenarnya kami tidak mau terus mengimpor garam untuk kebutuhan industri karena ini cukup merugikan para petambak,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper