Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ikagi: Pabrik Gula Perlu Diversifikasi Usaha

Revitalisasi pabrik gula disarankan tidak hanya fokus pada peningkatan produktivitas saja tetapi harus mengarah ke diversifikasi usaha melalui pemanfaatan hasil samping penggilingan tebu.

Bisnis.com, SIDOARJO--Revitalisasi pabrik gula disarankan tidak hanya fokus pada peningkatan produktivitas saja tetapi harus mengarah ke diversifikasi usaha melalui pemanfaatan hasil samping penggilingan tebu.

Ketua Umum Ikatan Ahli Gula Indonesia (Ikagi) Subiyono mengungkapkan gula tidak bisa menjadi sandaran industri pengolahan tebu. Pasalnya, komoditas tersebut menghadapi problem tata niaga sampai penyimpangan.

"Industri gula tidak boleh hanya bersandar pada peningkatan produktivitas gula, tapi juga memaksimalkan diversifikasi nontebu seperti ampas dan bioetanol," jelasnya di sela-sela pertemuan ahli gula di PG Kremboong, Rabu (24/9/2014).

Dia mengilustrasikan selama periode 2009-2013 biaya pokok produksi gula petani naik 58% menjadi Rp8.070 per kilogram (kg) dibanding lima tahun lalu periode Rp5.100/kg. Sedangkan harga lelang pada 2013 Rp8.671/kg dari lima tahun lalu Rp7.056/kg.

Harga tersebut cerminan harga pokok produksi gula petani naik lebih tinggi dibanding harga lelang. Sehingga saat ada gula impor masuk muncul keresahan karena gula lokal kalah bersaing.

Tren peningkatan harga gula, kata dia, juga terjadi di negara lain, tak terkecuali Brasil, India dan Thailand. Hanya saja negara tersebut mengandalkan pendapatan nongula seperti listrik dan bioetanol.

"Harga gula di mereka tetap stabil karena mengandalkan pendapatan dari diversifikasi usaha nongula," urainya.

Adapun di Indonesia, Subiyono menguraikan, tren industri berkelanjutan tebu tidak terjadi. Industri turunan pengolahan tebu seperti pabrik pupuk cenderung entitas usaha tersendiri yang terlepas dari pabrik gula.

"Pabrik gula hanya menyetor bahan baku sehingga tidak mendapat nilai tambah dari produk turunan tebu," paparnya. Oleh karena itu, tambah dia, revitalisasi pabrik gula ke depan harus berbasis diversifikasi usaha.

Staf Ahli Dirtjen Perkebunan Kementerian Pertanian Agus Hasanudin Rachman menguraikan diversifikasi usaha pabrik gula belum menjadi prioritas sekarang.

Pemerintah bahkan baru merencanakan program pemanfaatan hasil samping pabrik tebu secara nasional pada 2015 mendatang.

"Tapi semua itu bergantung pada pemerintahan ke depan, sekarang fokusnya memang efisiensi dan peningkatan kualitas melalui standardisasi," jelasnya.

Menurutnya, rintisan pengembangan produk sampingan industri gula berupa bioetanol sudah dikembangkan PTPN X. Cara tersebut sangat mungkin diduplikasi pabrik lain agar meningkatkan daya saing industri gula.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Miftahul Ulum
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper