Bisnis.com, JAKARTA Otoritas moneter mengimbau agar presiden terpilih nantinya segera menaikan harga bahan bakar minyak bersubdisi untuk memperbaiki perekonomian Indonesia, sekaligus mengantisipasi adanya pembalikan modal besar-besaran menyusul estimasi kenaikan suku bunga bank Sentral AS 1,375% pada 2015.
Deputi Gubernur BI Mirza Adityaswara mengatakan sebenarnya saat ini Indonesia tengah berkejaran dengan waktu untuk membenahi neraca perdagangan dan indikator makro ekonomi yang salah satunya lewat pemangkasan subsidi BBM sebelum pengetatan moneter dilakukan The Fed.
Kalau kita tidak segera membenahi neraca ekspor impor, rasio makro kita dianggap kurang sehat sehingga akan terjadi pembalikan modal. Memang harus dilakukan pembenahan APBN dan neraca ekspor-impor dengan menaikan harga BBM, ujarnya ketika menjadi pembicara sebuah diskusi, Jumat (19/9).
Menurutnya, Indonesia merupakan negara yang sangat tergantung arus modal luar negeri. Dengan kondisi ini, Indonesia bisa menikmati perekonomian saat kuatnya aliran arus modal yang masuk. Namun, saat modal tersebut keluar, perekonomian khususnya pasar keuangan akan mengalami goncangan yang secara otomatis membawa dampak negatif pada sektor riil.
Data Bank Indonesia menunjukkan adanya perbaikan neraca pembayaran Indonesia kuartal II/2014 surplus US$4,3 miliar akibat derasnya aliran masuk portofolio asing selama paruh pertama tahun ini. Walaupun transaksi berjalan periode April-Juni 2014 masih defisit US$9,1 miliar, tetapi transaksi modal dan finansial mencetak surplus US$14,5 miliar.
Kontribusi investasi portofolio terhadap transaksi modal dan finansial paling besar, yakni mencapai US$4,3 miliar. Investasi portofolio selama ini rentan pembalikan arus modal keluar (sudden reversal) jika muncul sentimen negatif di pasar keuangan.
Menurut Mirza, masuknya aliran modal ke Indonesia sebenarnya dikarenakan suku bunga Indonesia yang masih tinggi akibat pengetatan moneter yang masih ada dengan BI Rate 7,5%. Selain itu, investor berharap adanya pertumbuhan ekonomi yang lebih baik.
Dia mengungkapkan, Kalau harapan-harapan itu tidak terjadi karena tidak ada reformasi ekonomi, [modal] bisa keluar lagi.
Salah satu reformasi ekonomi yang harus segera dijalankan, lanjutnya, berada di sektor energi yang membuat harga energi cerminan keekonomian. Selain itu, butuh eksplorasi atau diversifikasi energi.