Bisnis.com, JAKARTA—Pelaku usaha memperkirakan industri manufaktur mampu tumbuh hingga 7% per tahun pada 2016.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi mengatakan pada tahun ini industri pengolahan nonmigas sukar mencapai pertumbuhan 6%. Sejumlah faktor yang menahan laju manufaktur tak hanya kenaikan upah buruh melainkan pula pilpres dan lonjakan tarif setrum.
Sementara itu, pada tahun depan pertumbuhan tertinggi yang mungkin dicapai sekitar 6%. Pasalnya tambahan kapasitas produksi industri belum beroperasi pada 2015. Dengan kata lain produktivitas hanya digenjot melalui maksimalisasi kapasitas produksi terpasang.
“Mulai pertengahan 2016 bisa 7% tetapi pemerintah harus bekerja efisien. Saat itu kontribusi industri ke PDB akan lebih tinggi lagi,” ucap Sofjan kepada Bisnis, Rabu (17/9/2014).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik yang diolah Kementerian Perindustrian pertumbuhan industri nonmigas selama semester pertama tahun ini 5,49%. Nilai ini tetap lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan PDB 5,17%.
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) sendiri memproyeksikan pertumbuhan industri sepanjang tahun ini sekitar 5,6%. Angka ini lebih kecil dari prognosis awal yang ditargetkan mencapai 6% sampai penghujung 2014.
Apindo menilai kontribusi sektor industri terhadap PDB pada tahun ini kemungkinan lebih kecil daripada tahun lalu sekitar 23%. “Karena pada tahun ini tidak bikin apa-apa,” ujar Sofjan.
Untuk mendorong pertumbuhan industri lebih pesat, imbuhnya, pemerintah mendatang harus serius menumbuhkan industri di luar Pulau Jawa. Pada tahun lalu kontribusi investasi sektor industri pengolahan nonmigas di luar jawa dibandingkan Jawa ialah 28,3% berbanding 71,7%.