Bisnis.com, JAKARTA--Bisnis properti sepanjang 2014 diyakini ada perbaikan pada tahun depan atau 2015.
Tahun ini, transaksi bisnis properti mengalami perlambatan bahkan secara umum mengalami penurunan sebanyak 30% padahal kenaikan harga tanah dan properti melejit besar-besar.
Namun, ketidakpastian tersebut diprediksi akan terselesaikan satu persatu di masa kepemimpinan Jokowi dan Jusuf Kalla.
Praktisi Pemasar Properti Ali Hanafia Lijaya mengatakan pasar properti akan lahir kembali pada tahun depan. Hal yang pertama terjadi adalah terkoreksinya harga properti di Jakarta sebagai pusat bisnis properti.
"Akan ada koreksi harga untuk kawasan properti di Jakarta Utara, Pusat, dan Jakarta Selatan. Dan ada pula kenaikan harga di Jakarta Timur dan Jakarta Barat," katanya kepada Bisnis, Senin (8/9/2014).
Pria yang merupakan Direktur Utama Agen Properti Century 21 tersebut menjelaskan harga properti yang terkoreksi berada di kawasan yang melambung harganya sejak 2012 yaitu Kemang, Menteng, CBD Sudirman, Thamrin, Permata Hijau, T.B Simatupang dan Kebayoran Baru.
"Di kawasan tersebut, harga tanah naik lebih dari 300% sejak 2012." katanya.
Seperti contoh harga satu unit rumah di Menteng mencapai Rp150 miliar dengan luas lahan 1.000 m2.
Harga yang naik gila-gilaan akan mulai terkoreksi tahun depan sehingga lonjakan harga tidak terlalu tinggi.
Sedangkan di kawasan Jakarta Timur, harga yang semula rendah akan naik menyesuaikan keadaan yang terkoreksi.
Ali memprediksikan pasar properti akan lahir kembali pada 2015 dan masih butuh proses penyesuaian, sehingga 2016 akan kembali stabil.
Hal ini dikarenakan faktor kepercayaan masyarakat Indonesia terhadap pemerintahan baru. Terlebih lagi, kepercayaan juga timbul dari investor luar negeri.
Tahun depan, kata Ali, akan banyak investor asing yang masuk dan membangun kawasan bisnis di Jakarta.
Namun dengan masuknya investor asing, pengembang lokal tidak akan kalah saing. Pengembang lokal akan berkompetisi secara sehat supaya harga properti dapat terkontrol.
"Pengembang sudah mengalami keterpurukan pada masa 1998 silam ketika demo besar-besaran. Jadi untuk menghadapi investor asing yang masuk dan dibukanya ASEAN Free Trade Area [AFTA] 2015, pengembang lokal tidak akan takut."