Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nilai Tukar Petani: NTP Anjlok. Ini Kompensasi Yang Dibutuhkan

Penurunan tingkat NTP pangan per Agustus 2014 ke posisi 97,78 harus dikompensasi dengan perbaikan produktivitas agar semakin digenjot lebih dalam.
Ilustrasi/Bisnis.com
Ilustrasi/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA – Penurunan tingkat NTP pangan per Agustus 2014 ke posisi 97,78  harus dikompensasi dengan perbaikan produktivitas agar semakin digenjot lebih dalam.

“NTP kan menggambarkan nasib petani dari sisi harga makanya harus ada peningkatan produktivitas apalagi di masa paceklik,” ujar Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Sasmito Hadi Wibowo, Minggu (7/9/2014).

Konsistennya NTP pangan di bawah 100 tersebut, lanjut Sasmito, menunjukkan tingkat harga riil hasil produksi 2014 lebih rendah dibandingkan harga riil tahun dasar 2012.

Melihat kondisi tesebut, selain meningkatkan produktivitas, perlu juga upaya untuk menekan inflasi pedesaan.

Data BPS menunjukkan inflasi pedesaan dari awal tahun ini hingga Agustus lalu, mayoritas berada di atas inflasi nasional.

Artinya, harga barang dan jasa yang dibayar konsumen di perdesaan lebih tinggi.

Pada Januari 2014, inflasi pedesaan sebesar 1,16% atau lebih tinggi dari inflasi umum 1,07%.

Pada Agustus 2014, inflasi pedesaan sebesar 0,37% memang lebih dari inflasi umum sebesar 0,47%.

Namun, inflasi bahan makanan yang notabene sangat dibutuhkan konsumen pedesaan tetap menduduki posisi lebih tinggi, yakni 0,48%.

Sasmito mengungkapkan selama ini sisi suplai produksi pangan Indonesia terbatas jika dibandingkan dengan tingkat permintaan yang cukup tinggi.

Akibatnya, permintaan dari konsumen tersebut dipenuhi dengan sisi impor dengan tujuan menjaga gejolak harga di pasar. 

Sayangnya, lanjut dia, daya saing produk petani lokal belum kuat melawan derasnya impor sehingga terjadi ketidakstabilan harga di tingkat petani.

Jika para petani mengikuti harga barang impor yang cenderung murah, mereka akan rugi besar karena jumlah produk yang dihasilkan tidak banyak.

Perbaikan produktivitas, lanjutnya, dapat dilakukan dengan adanya perbaikan irigasi sehingga pada musim paceklik pun produksi petani tetap banyak.

Jika ada peningkatan produksi pada masa panen, sambung dia, tidak akan ada gunanya.

“Irigasinya sepanjang tahun akan menolong untuk bisa panen tiga kali. Selama ini kan mengandalkan hujan jadinya setahun sekali,” tutur dia.

Sasmito mencontohkan di Mesir dan negara-negara Timur Tengah, ada irigasi Sungai Nil yang dibantu destilasi air laut menjadi salah satu contoh alternatif peningkatan produksi pangan di musim paceklik.

Menurutnya, mitigasi iklim pun perlu di lakukan.

“Mitigasi di Indonesia sebenarnya jauh lebih mudah dari pada negara yang memiliki empat musim,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Saeno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper