Bisnis.com, JAKARTA – Jika tidak ada respon cepat terhadap turunnya nilai tukar petani (NTP) pangan Indonesia per Agustus 2014 ke posisi 97,78 – posisi terendah dalam empat tahun terakhir, ketahanan pangan Indonesia akan tetap kritis dan berpotensi memperburuk perekonomian Indonesia.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati mengatakan anjloknya NTP yang diikuti konsistensi posisi di bawah 100 sejak awal tahun ini akan berpotensi memperburuk kondisi perekonomian jika tidak ada upaya cepat dari pemerintah.
“Penurunan NTP pangan ini kan ada korelasinya pada ancaman ketahanan pangan kita. Padahal, pangan itu kontributor terbesar pada inflasi. Sehingga, kondisi pangan yang tidak baik akan berisiko terjadi fluktuasi harga secara umum layaknya BBM [bahan bakar minyak],” tutur dia, Minggu (7/9/2014).
Seperti diketahui, NTP diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani.
NTP di bawah 100 menunjukkan indeks harga yang diterima lebih rendah dari indeks harga yang dibayar.
Menurutnya, pangan merupakan sisi yang fundamental dalam perekonomian selain sektor keuangan.
Enny mengingatkan posisi NTP pangan bisa diperburuk jika bencana kekeringan melanda.
Dengan cuaca saat ini yang sudah tidak menentu, perlu upaya ekstra untuk mengakselerasi perbaikan infrastruktur yang kaitannya dengan peningkatan produktivitas.
“Pangan ini fundamental yang paling utama. Fundamental yang rapuh berpotensi krisis,” tegas dia.
Peningkatan produktivitas dinilai sebagai kunci perwujudan ketahanan pangan di tengah semakin memburuknya tingkat kesejahteraan petani pangan dan ancaman maraknya konversi lahan untuk industri yang lebih menguntungkan.