Bisnis.com, JAKARTA - Memasuki triwulan II tahun 2014, pasar perumahan dibayangi tren perlambatan. Riset yang dilakukan oleh Indonesia Property Watch menunjukkan nilai penjualan masih menunjukkan penurunan -0,9% (q-to-q).
Meskipun demikian berdasarkan nilai unit secara keseluruhan menunjukkan sedikit kenaikan sebesar 2,4%.
Hal ini memperlihatkan pergeseran segmen harga ke harga yang rendah. Harga rata-rata segmen atas mulai terjadi pergeseran ke segmen yang lebih rendah menjadi Rp1,1 miliar dari harga rata-rata pada triwulan sebelumnya sebesar Rp1,5 miliar.
"Di segmen menengah bawah, banyak pengembang yang mulai beralih dari segmen bawah ke segmen lebih atas. Hal tersebut terkait minat pengembang swasta yang menurun untuk membangun rumah murah menyusul kebijakan perumahan yang tidak berpihak," kata Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch, Ali Tranghanda seperti dikutip Bisnis.com, Selasa (2/9).
Dia menambahkan rencana penghapusan subsidi Rumah Sederhana Tapak (RST) merupakan salah satu faktor yang membuat pengembang enggan membuat rumah murah disamping nilai profitnya yang juga rendah.
Penghapusan PPN yang diberlakukan ternyata menjadi tidak sinkron dengan kebijakan penghapusan subsidi yang ada.
"Hal ini menunjukkan lemahnya koordinasi antar lembaga yang menyebabkan kebijakan yang diambil menjadi kontraproduktif".