Bisnis.com,JAKARTA--Indonesia National Shipowners Association menilai penerapan mekanisme beyond cabotage berdampak positif baik bagi perekonomian nasional dan industri pelayaran.
Carmelita Hartoto, Ketua Umum Indonesia National Shipowners Assocition (INSA) potensi angkutan laut ekspor dan impor mencapai 587 juta ton per tahun atau hampir dua kali lipat lebih besar ketimbang angkutan domestik 355 juta ton per tahun. Dari jumlah angkutan ekspor impor itu, baru 9,2% yang menggunakan kapal nasional.
Kajian INSA, imbuhnya, menunjukkan nilai freight yang hilang dari ongkos angkut kapal luar negeri dengan menggunakan kapal non merah putih mencapai US$11,420 miliar pada 2011. Saat itu, kapal non asing tercatat mengangkut 517,6 juta ton muatan ekspor dan impor Indonesia dengan asumsi nilai freight rata-rata US$20 per ton.
"Kebijakan ini [beyond cabotage] akan meningkatkan nilai tambah ekspor setidaknya menurut Kemendag mencapai 20 miliar dollar atau 10% terhadap total nilai ekspor," katanya, Minggu (17/8/2014)
Adapun dampak positif bagi industri pelayaran nasional adalah mempercepat akselesi industri pelayaran, penambahan kapal baru dan berdampak besar bagi kemajuan industri galangan, logistik, perdagangan, pelabuhan, penerimaan ratusan ribu tenaga kerja, industri komponen, penerimaan pajak negara
Dia mengusulkan, untuk tahap awal mekanisma beyond cabotage dapat diterapkan bagi komoditas ekspor strategis, terutama CPO dan batu bara, mengingat armada kapal nasional telah siap melayani pengangkutan komoditas jenis tersebut.
"Tetapi memang butuh dorongan pemerintah agar pemilik barang tertarik menggunakan kapal nasional," ujarnya.