Bisnis.com, SEMARANG - Produksi kayu bundar oleh Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Tengah berpotensi mundur akibat penyesuaian musim dan penjarangan tanaman.
Perhutani Jateng tahun ini menargetkan penebangan kayu jati dan kayu rimba total 314.157 meter kubik, terbagi untuk kayu jati 193.752 meter kubik dan kayu rimba total 120.405 meter kubik.
Kepala Seksi Produksi Kayu Perum Perhutani Jateng Budi Susatyo memaparkan capaian produksi atau tebangan kayu sudah melebihi ssebagian dari yang ditargetkan. Namun, penebangan yang diharapkan selesai September 2014, dipastikan mundur.
“Realisasi produksi kayu jati 153.102 meter kubik atau 79% dan kayu rimba total 76.282 meter kubik atau 63%. Awalnya penebangan harus selesai September tapi tahun ini dipastikan mundur,” ungkapnya, Rabu (13/8/2014).
Mundurnya jadwal penebangan, kata Budi, terjadi akibat penyesuaian musim penghujan yang berkepanjangan pada awal tahun ini sehingga menghambat penebangan di sejumlah hutan.
Lebih lanjut ia menyatakan target penyelesaian penebangan pada September ditetapkan untuk mempersiapkan penanaman kayu di area hutan produksi pascapenebangan.
Pola produksi kayu di Jateng saat ini menyesuaikan bidang pemasaran Perhutani sehingga kayu yang ditebang sesuai dengan kebutuhan pasar. Selain itu, ada pembatasan penebangan untuk menyesuaikan kapasitas gudang penampungan.
“Penebangan ada yang dipercepat untuk menata kembali sumber daya hutan di wilayah tersebut, atau karena ada tanaman yang rusak dan pencurian,” lanjutnya.
Untuk kayu jati di regional Jateng tersebar di 12 Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) diantaranya Randublatung, Cepu, Kendal, Blora, Banyumas Barat, Gundih, Mantingan, Pati, Purwodadi, Semarang, dan Surakarta.
Sementara untuk kayu rimba total meliputi pinus, sonokeling, mahoni, damar dan lainnya berada di 8 KPH seperti Banyumas, Pekalongan, Kedu, Pati, dan Surakarta.
Dari sisi penjualan kayu bundar, Divisi Komersial Kayu pada semester I/2014 mencatat pendapatan Rp528 miliar atau 76% dari yang ditargetkan Rp695 miliar dalam setahun.
General Manager Komersial Kayu Perhutani Jateng Priyadi menuturkan pemasaran kayu jati mendominasi 80% dan sisanya 20% merupakan kayu rimba.
“Penjualannya sudah melampaui separuh target, tapi harapannya serapan pasar sortimen kayu bisa merata untuk A1 (10-20 cm), A2 (20-30 cm) dan A3 (30-40 cm).”
Terpisah, Ketua Asosiasi Mebel Kayu dan Rotan Indonesia (AMKRI) Jateng Bernardus Arwin berharap kebutuhan industri kayu bisa terpenuhi dari produksi domestik regional.
Arwin meminta bahan baku yang diproduksi Perhutani maupun pemilik perkebunan kayu tidak berorientasi ekspor namun untuk memenuhi kebutuhan industri kayu yang menjadi salah satu unggulan di wilayah ini.
“Kalau sampai bahan baku mebel di ekspor nanti industri mebel bakal hancur.”
Selama ini kayu Perhutani banyak memasok bahan baku untuk industri di sentra kerajinan kayu Jepara, Semarang dan sekitarnya dengan produk kerajinan untuk pasar ekspor.