Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kontribusi Ekspor Produk Pertambangan Turun, Indonesia Timur Diminta Genjot Diversifikasi Ekspor

Indonesia dinilai perlu lebih fokus pada diversifikasi produk ekspor di kawasan Indonesia Timur, mengingat tren sumbangsih penjualan produk pertambangan dari kawasan tersebut kian melemah dan menjadi salah satu penyebab utama defisit neraca perdagangan.
Ilustrasi/Bisnis.com
Ilustrasi/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia dinilai perlu lebih fokus pada diversifikasi produk ekspor di kawasan Indonesia Timur, mengingat tren sumbangsih penjualan produk pertambangan dari kawasan tersebut kian melemah dan menjadi salah satu penyebab utama defisit neraca perdagangan.

Sebagaimana diketahui, berbagai ekspor sumber daya alam (SDA) mentah khususnya pertambangan dikeruk dari bumi Indonesia bagian timur. Pada saat bersamaan, industri hilir di kawasan tersebut kurang bertumbuh selayaknya di Indonesia Barat.

Peneliti LP3E Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Ina Primiana menjelaskan tidak berkembangnya industri di Indonesia Timur terutama disebabkan oleh infrastruktur yang kurang memadai dan rendahnya kesiapapan sumber daya manusia (SDM) berbasis industri.

“Oleh karena itu, tingkat kemiskinan di Indonesia Timur juga lebih tinggi dibandingkan dengan Indonesia Barat. Dengan keterbatasan SDM yang ada, maka pengetahuan dan kemampuan untuk menghasilkan produk bernilai tambah juga rendah,” katanya, Rabu (13/8/2014).

Di sisi lain, lanjutnya, pemanfaatan SDA Indonesia Timur justru lebih digarap oleh perusahaan-perusahaan asing, khususnya di setor perikanan, kelautan, dan pertambangan. SDA di kawasan tersebut juga banyak digunakan untuk menyuplai bahan baku industri asing.

Dengan latar belakang tersebut, lanjut Ina, ke depannya pemerintah perlu mengidentifikasi ulang dan meredefinisikan pengembangan industri di Indonesia Timur untuk mendorong produksi bernilai tambah dan diversifikasi ekspor di wilayah tersebut.

“Pemerintah perlu mengidentifikasi pengembangan industri Indonesia Timur, apakah berdasarkan potensi yang ada atau didesain karena kedekatan dengan pasar atau kesiapan infrastruktur.”

Sebagai contoh, katanya, Kabupaten Seram di Provinsi Maluku terkenal dengan hasil rumput lautnya. “Nah, itu perlu dipetakan kira-kira industri turunan apa yang dapat dibangun di sana, sehingga ekspor produk bernilai tambahnya dapat terdorong.”

Selain itu, menurutnya, perlu juga disiapkan kebutuhan infrastruktur, SDM dengan keahlian yang menyesuaikan, dan pendidikan di Indonesia Timur. Jadi, upaya mendiversifikasi ekspor dipersiapkan secara komprehensif dan terintegrasi atau tidak parsial.

“Jadi, pada intinya, bagaimana membangun industri yang terintegrasi dari hulu sampai hilir di Indonesia Timur, dengan berbagai fasilitas pendukung yang menekan biaya logistik,” tuturnya.

Provinsi penyumbang ekspor terbesar di Indonesia masih didominasi oleh kawasan Indonesia Barat. Berdasarkan data BPS, provinsi dengan kontribusi ekspor terbesar pada 2013 adalah Kalimantan Timur dengan andil 17,04% atau setara US$31,09 miliar.

Posisi kedua dan ketiga masing-masing adalah Jawa Barat dengan andil 14,45% (US$26,37 miliar) dan Riau dengan share 12,39% (US$22,61 miliar). Ketiga provinsi tersebut member total kontribusi sebesar43,88% dari kumulatif ekspor Indonesia pada 2013.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Sepudin Zuhri
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper