Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah mengaku berat untuk mencapai target kemiskinan tahun ini sebesar 10,5% seiring dengan tren perlambatan laju pertumbuhan ekonomi yang masih berlangsung apalagi pada kuartal II/2014 perekonomian Indonesia hanya melaju 5,12%.
Walaupun optimistis target pengangguran 5,8%-5,9% tidak akan terlampaui karena pada Februari lalu tingkat pengangguran sebesar 5,7%, Kepala Bappenas Armida Alishjabana mengatakan butuh extra effort jika tetap ingin mencapai target kemiskinan.
“Terakhir 11,25% ya memang berat. Jadi kan kalau mau akhir tahun harus 0,75% [agar tercapai target],” ujarnya.
Berdasarkan Badan Pusat Statisitik (BPS), angka kemiskinan Maret 2014 sebesar 11,28% turun tipis 0,08% dari periode yang sama sebelumnya 11,36%. Capaian penurunan kemiskinan tersebut merupakan kinerja terburuk pemerintah setidaknya sejak tiga tahun terakhir.
Bahkan, capaian tersebut juga lebih rendah dari prediksi angka kemiskinan Maret 2014 dari Bank Dunia sebesar 11%-11,1%. Adapun, angka kemiskinan Maret 2013 tercatat turun 0,59% dari 11,96%. Sementara angka kemiskinan Maret 2012 turun 0,53% dari 12,46%.
Tak tanggung-tanggung, belum lama ini Menteri Keuangan M. Chatib Basri menyatakan sulit mencapai asumsi pertumbuhan ekonomi 5,5% seperti yang disepakati pemerintah dengan Banggar DPR dalam APBN-P 2014. Hasil hitungannya, pemerintah hanya sanggup mengejar pertumbuhan 5,3%.
Namun demikian, Armida mengatakan walaupun berdampak pada sulitnya pencapaian target kemiskinan, perlambatan ekonomi saat ini memang difokuskan untuk proses restrukturasi dan transformasi perekonomian lewat mitigasi terhadap pelebaran defisit transaksi berjalan.
Untuk mengendalikan angka kemiskinan dalam sisa pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II, lanjutnya, pemerintah akan berusaha mempertahankan stabilitas harga terutama kebutuhan pokok. Dengan demikian angka inflasi harga pokok akan cenderung rendah. “Itu yang paling utama.”