Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pemerintah Jamin Pasokan Gas di Teluk Bintuni

Rencana pengembangan komplek pabrik petrokimia di Teluk Bintuni, Papua Barat, yang akan dikembangkan Ferrostaal Industrial Projects GmbH mulai ada titik terang. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral berkomitmen memberikan jaminan pasokan gas.nnn
Ilustrasi/Bisnis.com
Ilustrasi/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA -- Rencana pengembangan komplek pabrik petrokimia di Teluk Bintuni, Papua Barat, yang akan dikembangkan Ferrostaal Industrial Projects GmbH mulai ada titik terang. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral berkomitmen memberikan jaminan pasokan gas.

Menteri Perindustrian M.S. Hidayat mengatakan belum lama ini pihaknya sudah menyurati Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terkait jaminan pasokan gas untuk Ferrostaal.

Selanjutnya, Menteri ESDM Jero Wacik ikut merspons dan berjanji akan menanggapi masalah pasokan gas untuk Ferrostaal secara serius.

”Dia (Jero Wacik) sudah berjanji untuk menanggapi secara konkret bahwa pada 2018 pasokan gas untuk Teluk Bintuni sudah ada. Dia minta saya merinci kebutuhan gas di sana agar dia bisa rapatkan bersama timnya,” kata Hidayat di Jakarta, Kamis (17/7/2014).

Menurut Hidayat, pihaknya membutuhkan jaminan resmi dari KESDM terkait masalah ini.

Bila pihaknya  sudah mendapatkan jaminan resmi dan dari mana pasokan gas nanti berasal, hal itu bisa digunakan dalam perundingan dengan Ferrostaal.

”Tanggal 21 ini dia mau datang. Kalau dia sudah hopeless tidak ada suplai gas, tentu dia menarik diri, tetapi kan ini masih diusahakan. Ferrostaal itu semuanya sudah siap, tinggal menunggu gas saja,” jelas Hidayat.

Hidayat mengatakan Ferrostaal sudah meyiapkan diri sejak lama.

Ferrostaal, perusahaan multinasional yang bergerak di bidang petrokimia, resmi mengajak PT Chandra Asri Petrochemical Tbk untuk melakukan kajian studi kelayakan dalam mengembangkan komplek pabrik petrokimia di Teluk Bintuni, Papua Barat.

Hal tersebut tertuang dalam nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) kedua belah pihak pada Kamis (18/7/2013).

Rencananya, dengan nilai investasi US$1,8 miliar, Ferrostaal akan membangun pabrik metanol berbahan baku gas bumi yang hasilnya akan dimanfaatkan sebagai bahan baku di pabrik polipropilena.

Adapun kapasitas terpasang sebesar 400.000 ton per tahun serta pabrik etilena dengan kapasitas terpasang sebesar 175.000 ton per tahun.

Dikabarkan, belum adanya pasokan gas dari pemerintah membuat Ferrostaal mulai marah.

Pemerintah dinilai tidak bisa memberikan jaminan pasokan kepada investor yang serius melakukan investasi.

“Saya tidak mau berandai-andai dia akan menarik diri nantinya atau tidak. Saya akan usahakan karena investasi dengan jumlah besar, yakni sekitar US$1,8 miliar sehingga harus mendapatkan prioritas,” ujar Hidayat.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Riendy Astria
Editor : Saeno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper