Bisnis.com, JAKARTA -- Pemerintah masih optimistis produksi padi tahun ini bisa melampaui angka ramalan I/2014 yang dirilis BPS sebesar 69,87 juta ton gabah kering giling.
Kementerian Pertanian sebagai pemangku sektoral bahkan meyakini bahwa produksi tahun ini bisa menembus angka 70 juta ton GKG dengan sisa waktu hanya 3 bulan.
"Komitmen 100 hari terakhir pemerintahan ini, [produksi padi] bisa mendekati atau mungkin melewati 71 juta ton GKG," kata Haryono, Plt. Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Rabu (16/7).
Kementerian Pertanian sendiri mencatat, beberapa sentra produksi padi Indonesia mengalami penurunan produksi pada angka ramalan (Aram) I/2014 BPS jika dibandingkan dengan tahun lalu.
Sentra produksi tersebut antara lain Jawa Barat dari 12,08 juta ton GKG menjadi 11,14 juta ton GKG, Jawa Tengah sebesar 9,51 juta ton dibanding sebelumnya 10,34 juta ton GKG.
Sementara itu, hanya 2 sentra penghasil yang diperkirakan mengalami kenaikan produksi padi, yaitu Jawa Timur dari 12,04 juta ton GKG menjadi 12,10 juta ton GKG dan Sulawesi Selatan sebesar 5,43 juta ton GKG dari 5,03 juta ton GKG.
Untuk itu, paparnya, saat ini pihaknya telah bekerja sama dengan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) untuk memetakan via satelit luas areal pertanaman (standing crops) per hari.
Haryono menyebutkan ada 4 langkah khusus yang dipersiapkan oleh kementerian agar target yang dipatok tidak diturunkan untuk keempat kalinya dalam setahun ini.
Keempat hal itu, ujarnya, adalah pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT), penyiapan pestisida, distribusi pupuk dan menyiagakan pompa air untuk mengantisipasi dampak El Nino.
Haryono juga mengakui, meski Aram I/2014 BPS masih mencatatkan surplus beras sebesar 4,19 juta ton, namun ada beberapa bulan pada tahun ini yang mengalami defisit ketersediaan beras.
Kementan melansir, pada sisa tahun ini akan terjadi defisit pada triwulan terakhir, yaitu Oktober sebanyak 660.411 ton, November 1,34 juta ton dan Desember lebih dari 1,22 juta ton.
Pada Juli, Agustus dan September, terjadi surplus beras secara berurutan sebanyak 741.712 ton, 962.924 ton dan 314.996 ton.
Sepanjang tahun ini, surplus neraca kebutuhan terbesar terjadi pada Maret atau ketika masa panen raya sebesar 4,15 juta ton.
Oleh karena itulah, dia mengungkapkan bahwa Kementerian Pertanian tidak bisa menolak langkah importasi Kementerian Perdagangan yang merilis surat perizinan impor kepada Badan Urusan Logistik (Bulog).
Haryono menambahkan, daerah harus menindaklanjuti mobilisasi sumber daya pertanian yang telah disusun bersama di pusat karena setiap kepala daerah, utamanya gubernur di sentra produksi, mengemban tanggung jawab untuk mencapai target yang dipatok.