Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

INDUSTRI BAJA DI DUNIA LESU: Krakatau Steel Lakukan Efisiensi

PT Krakatau Steel Tbk. sedang melakukan efisiensi guna bertahan di tengah industri baja dunia yang sedang lesu.
Ilustrasi/Bisnis.com
Ilustrasi/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - PT Krakatau Steel Tbk. sedang melakukan efisiensi guna bertahan di tengah industri baja dunia yang sedang lesu.

Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian Harjanto mengatakan secara umum industri baja dunia sedang lesu. Dia mencontohkan, beberapa perusahaan baja di Asean juga mengalami kerugian, begitu juga dengan PT Krakatau Steel Tbk.

Pada kuartal I/2014, Krakatau Steel membukukan pendapatan senilai US$459,49 juta. Pendapatan tersebut menurun dari periode yang sama tahun lalu yang senilai US$615,96 juta.

Adapun, pada kuartal I/2014, perusahaan mencatat rugi bersih senilai US$69,54 juta, padahal pada periode yang sama tahun lalu perusahaan masih mencatat laba bersih sebesar US$11,92 juta. Salah satu penyebabnya adalah ketidakstabilan nilai tukar.

Adapun saat ini, Krakatau Steel tengah melakukan langkah-langkah penghematan untuk meningkatkan efisiensi pada industrinya.

Peningkatan efisiensi dilakukan agar Krakatau Steel bisa tetap eksis dan berperan lebih banyak dalam pengembangan industri hulu. Beberapa cara yang ditempuh oleh Krakatau Steel a.l melakukan pengembangan pembangunan power plant 2x80 mega watt dengan harga listrik yang lebih murah dibandingkan dengan harga PT Perusahaan Listrik Negara (persero).

Kemudian, meningkatkan daya saing dengan meningkatkan yield operasi sesuai dengan standar industri baja dunia dan mengolah operasi Krakatau Steel untuk menghemat bahan baku.

Lalu, menghentikan untuk sementara operasi pabrik di hulu yang menggunakan basis gas alam dan lsitrik serta di saat yang bersamaan melakukan substitusi bahan setengah jadi dari sumber impor dan dari perusahaan Posco. “Kemudian, agressive cross cutting untuk biaya overhead,” kata Harjanto usai menemani direksi Krakatau Steel bertemu dengan menperin di kantor Kemenperin, Kamis (10/7).

Harjanto mengatakan langkah Krakatau Steel membangun power plant baru merupakan langkah tepat di saat biaya produksi kian tinggi akibat kenaikan tarif listrik industri. Pasalnya, kenaikan tarif listrik industri berpengaruh sekitar US$40 per ton pada biaya produksi Krakatau Steel.

Direktur Utama PT Krakatau Steel Tbk Irvan Kamal Hakim mengatakan pihaknya berencana mengembangkan power plant dengan kapasitas 2x80 mega watt. Menurutnya, anak usaha Krakatau Steel yang berada di sektor nonbaja memiliki kinerja yang bagus, mulai dari sektor pelabuhan, kelistrikan, dan sebagainya.

“Power plant masih rencana awal belum dijelaskan dengan merinci, sebenarnya kami punya peluang mengembangkan hingga 5x80 MW dengan harga listrik yang murah, harganya bisa kira-kira jauh lebih murah kalau kita beli dari PLN. Ini sebagai langkah efisiensi,” kata Irvan.

Menurutnya, hal penting yang memengaruhi industri baja adalah harga baja global dan kestabilan nilai tukar rupiah. Saat ini, keduanya sedang tidak bagus. “Padahal, kestabilan nilai tukar ini penting bagi kami.”

Pihaknya juga berharap, harga baja global bisa cepat turun agar kinerja industri baja dunia juga membaik.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Riendy Astria
Editor : Sepudin Zuhri
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper