Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pemanfaatan Utilitas Industri Menurun

Rendahnya pertumbuhan ekspor dan melemahnya pasar dalam negeri tahun ini membuat pemanfaatan utilitas kapasitas terpasang pabrik berkurang.
Industri garmen. Pemanfaatan Utilitas Industri Menurun/Bisnis
Industri garmen. Pemanfaatan Utilitas Industri Menurun/Bisnis

Bisnis.com,  JAKARTA--Rendahnya pertumbuhan ekspor dan melemahnya pasar dalam negeri tahun ini membuat pemanfaatan utilitas kapasitas terpasang pabrik berkurang.

Staf Khusus Menteri Perindustrian Erna Zetta mengatakan kinerja ekspor berhubungan erat dengan kondisi di luar negeri, yang saat ini masih jauh dari prediksi pemerintah. Awalnya, kata Erna, pemerintah memperkirakan kondisi luar negeri sudah membaik, tetapi kenyataannya pertumbuhan ekonomi di luar belum banyak berkembang.

Dia melihat, masih terjadi perang di beberapa negara. Kemudian, Amerika Serikat juga belum bisa membenahi perekonomiannya. Belum lagi harga minyak mentah dunia yang masih tinggi. Hal ini berdampak pada ekonomi di dalam negeri yang masih belum stabil.

“Yang dikhawatirkan itu, meski pertumbuhan ekspor terjadi, tetapi kondisinya stagnan atau tidak berkembang, seperti ke Tiongkok dan Uni Eropa. Tahun ini merupakan tahun ketika industri dalam proses memperkuat diri,”  ujarnya di Kemenperin, Rabu (25/6/2014).

Menurutnya, ketika ekspor tidak berkembang dan pasar dalam negeri juga tidak bisa menyerap maksimal akan berdampak pada utiilisasi industri. Pemanfaatan utilitas kapasitas terpasang pabrik berkurang dan ini sudah mulai terjadi.

“Karena itulah kemarin pak menteri mengoreksi target pertumbuhan industri tahun ini menjadi 6,15% dari 6,4%-6,8%. Selain ekspor, tren investasi juga tidak berkembang,” jelasnya.

Berdasarkan catatan Bisnis, utilisasi industri manufaktur dalam negeri masih rendah. Bahkan, sebagian besar sektor industri manufaktur yang menjadi industri pionir pemerintah memiliki utilisasi di bawah angka 70%. Misalnya, sepanjang 2013, utilisasi industri petrokimia masih di bawah 60%. Dengan kata lain, industri petrokimia membutuhkan investasi baru di sektor hulu guna memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Sama halnya dengan industri petrokimia, utilisasi sektor industri baja juga masih sekitar 60%-70%. Banyaknya kendala yang dihadapi membuat utilisasi sektor baja masih rendah. Adapun kapasitas pabrik baja nasional adalah 10 juta ton per tahun.

Industri pionir lainnya, yakni industri permesinan juga masih belum optimal utilisasinya. Kebutuhan industri alat berat mencapai 14.000 unit/tahun, sedangkan produksi nasional hanya 7.000 unit per tahun, dan sisanya diperoleh melalui impor. Sedangkan kapasitas produksi sekitar 8.000 unit. Artinya masih bisa dikejar produksinya.

Sementara itu, berkurangnya pemanfaatan utilitas kapasitas terpasang pabrik terlihat dari realisasi pertumbuhan produksi industri pada triwulan I/2014.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang triwulan I/2014 sebesar 3,76% dibandingkan dengan periode yang sama 2013. Pertumbuhan tersebut turun drastis dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan I/2013 terhadap triwulan I/2012 yang tumbuh 8,94%.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi mengatakan penurunan pertumbuhan produksi lantaran kelesuan market yang terjadi hampir di seluruh sektor manufaktur. Menurutnya, penjualan yang menurun akibat permintaan domestik dan luar negeri yang rendah membuat produsen harus menurunkan produksinya.

“Kami mengira ada penurunan, tetapi kami tidak mengira kalau penurunannya sejauh ini, ini sangat rendah dibandingkan dengan tahun lalu. Sekarang semua kelebihan stok,” jelas  Sofjan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Riendy Astria
Editor : Ismail Fahmi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper