Bisnis.com, SEMARANG -- PT Phapros melakukan efisiensi menghadapi fluktuasi nilai tukar rupiah yang tak kunjung membaik.
Direktur Keuangan PT Phapros Tbk, Budi Ruseno mengatakan fluktuasi rupiah pada 2014 tidak akan separah jika dibandingkan tahun lalu.
Menurutnya, upaya menjaga kinerja akibat pelemahan rupiah tidak sama dengan tahun lalu, kali ini Phapros berupaya lewat langkah yang lebih efektif.
"Pertama, tentu kita pantau terus pergerakan rupiah sehingga bisa lakukan hedging. Selanjutnya efisiensi dalam proses produksi," tutur Budi saat diskusi 60 Tahun Phapros Menyehatkan Indonesia, Jumat (20/6/2014).
Dia melanjutkan langkah baru yang sedang menjadi fokus Phapros adalah membuka pasar ekspor dalam rangka imbangi impor bahan baku yang tinggi.
Terkait perluasan pasar ekspor, Direktur Utama PT Phapros Iswanto menganggap market share Phapros saat ini baru menyentuh angka 1,5% akan ditingkatkan dengan adanya ekspor.
"Maka kami coba pasar ekspor, mulai tahun ini, ekspor perdana produk Ibuproven [obat anti radang] pada April lalu ke Kamboja, dan nanti Antimo anak pada Juli ke Vietnam. Daya saing kita kuat untuk dua produk ini," ujarnya.
Hingga saat ini, fluktuasi rupiah belum mendorong Phapros untuk menyesuaikan harga. Pasalnya, harga obat generik mengikuti harga yang ditetapkan dalam e-catalog dalam lelang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
Sementara produk lain, seperti OTC [obat dijual bebas] dan Ethical [obat resep] sejauh ini belum diputuskan perubahannya. Pihaknya terus mengkaji perkembangan kurs.