Bisnis.com, JAKARTA --Pemerintah memproyeksikan investasi yang masuk di Kawasan Industri sepanjang 2015 sekitar Rp131,4 triliun atau bisa mencapai Rp657,46 triliun pada periode 2015-2019. Diharapkan, sekitar 30% investasi sudah berada di luar Pulau Jawa pada 2015.
Menteri Perindustrian M.S. Hidayat mengatakan target senilai Rp131,4 triliun tersebut sangat mungkin bisa dicapai bila investasi industri terpusat di Pulau Jawa. Namun, mulai tahun ini, pemerintah, melalui UU No.3/2014 tentang Perindustrian mulai mengatur agar investasi bisa lebih merata di Indonesia Timur atau luar Pulau Jawa. Hal ini lantaran investasi yang masuk di luar Pulau Jawa masih rendah.
“Yang menjadi tantangan adalah saya harus mengarahkan penyebaran investasi tidak hanya di Jawa saja. Ini agar ada pemerataan, agar semua masyarakat dapatnya sama,” kata Hidayat usai acara Seminar Nasional tentang UU Perindustrian Sebagai Sarana Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi Daerah melalui Pengembangan Kawasan Industri di Jakarta, Kamis (19/6).
Menurutnya, untuk di luar Pulau Jawa, khususnya Indonesia Timur, tidak sedikit investasi di sektor pabrik pengolahan mineral (smelter) yang masuk. Pemerintah sendiri mulai mengarahkan investor untuk mendekati sumber bahan baku yang sebagian besar memang berada di Indonesia Timur. Namun yang menjadi masalah, kata Hidayat, wilayah infrastruktur di wilayah Indonesia Timur tidak memadai sehingga investor harus membangun sendiri infrastrukturnya.
“Tentu saya akan perjuangkan agar mereka yang siap investasi di luar Pulau Jawa untuk mendapatkan insentif. Soalnya, infrastruktur itu sudah merupakan kewajiban yang harus disediakan oleh pemerintah, jadi harus fair,” tambah dia.
Pada 2013, persentase investasi yang masuk ke kawasan industri di luar Pulau Jawa sekitar 28%. Dia menargetkan tahun depan investasi di luar Pulau Jawa bisa mningkat hingga 30% dan pada 2035 bisa mencapai 45%. Target tersebut dengan persyaratan adanya infrastruktur yang lebih konkret.
