Bisnis.com, JAKARTA--Sejak awal 2014, investasi baru di sektor industri padat karya relatif sepi. Kegiatan produksi yang mulai mengarah pada otomatisasi dinilai menjadi penyebab.
Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian Harjanto mengatakan sektor industri padat karya merupakan sektor yang menyerapa tenaga kerja dalam jumlah besar. Namun belakangan, investasi baru pada sektor ini mengendur lantaran kegiatan produksi yang sudah mengarah pada otomatisasi.
Selain itu, kondisi upah minimum regional (UMR) dan tingginya biaya produksi dalam negeri dinilai sebagai penyebab.
“Belum ada (investasi), tetapi sampai kapanpun, industri padat karya seperti sepatu dan tekstil masih diperlukan. Sekarang teknologi sudah maju, cenderug otomatisasi, seperti rokok, pasar rokok kretek sudah menurun drastis,” kata Harjanto di Kemenperin, Selasa (3/6/2014).
Direktur Industri Aneka dan Tekstil Kemenperin Ramon Bangun meyakinkan bahwa investasi baru di sektor industri padat karya tidak mengendur. Hanya saja, pihaknya tidak memonitor jumlah rencana investasi baru yang mau masuk. Adapun keyakinannya didasari oleh penyerapan tenaga kerja di sektor industri padat karya yang terus bertambah.
Dia menilai, meski rencana investasi baru di sektor ini tidak banyak, perusahaan atau pabrik yang melakukan perluasan atau ekspansi cukup banyak.
Ramon mencontohkan upah minimum di wilayah Jabodetabek memang sudah sangat tinggi, tetapi untuk upah minimum yang ada di Jawa Tengah masih rendah sehingga banyak perusahaan yang melakukan relokasi ke sana.