Bisnis.com, KUTA- Direktorat Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan berencana akan menerapkan guideline penanganan bahaya biofouling atau mikroorganisme yang dapat merusak ekosistem laut.
Direktur Perkapalan dan Kepelautan Ditjen Perhubungan Laut, Kementerian Perhubungan Yan Riswandi mengungkapkan Indonesia belum memiliki petunjuk penanganan dampak mikroorganisme itu.
"Ini makanya kami lihat, bagaimana terapkan guideline supaya tidak terjadi perusakan lingkungan yang diakibatkan mikroorganisme yang asalnya bukan dari daerah disini," jelasnya saat ditemui dalam Regional Workshop On The 2011 Biofouling Guidelines di Kuta, Badung, Selasa (20/5).
Bekerjasama dengan International Maritime Organization (IMO) seminar ini diadakan dalam rangka meningkatkan kesadaran akan dampak dari biofouling terhadap kapal dan lingkungan hidup maritim.
Salah satu ancaman terbesar dari ekosistem laut saat ini adalah biofouling yaitu organisme hidup yang menempel pada lambung timbul kapal atau ruang tersembunyi kapal di bawah air. Biofouling ini dapat mengancam kelangsungan hidup suatu ekosistem laut karena sifatnya yang menginvasi suatu habitat laut dan berkembang biak.
Yan mencontohkan salah satu kasus akibat mikroorganisme yaitu gangang yang menghambat pendinginan instalasi listrik air laut. Menurutnya, Ditjen Perhubungan Laut Kemenhub sedang mempertimbangkan penanganan akibat mikroorganisme tersebut apakah menggunakan kimia atau teknologi seperti x-ray.
Dia menjelaskan penanganan sangat dibutuhkan karena pertumbuhan jumlah kapal laut sangat besar. Selain itu pelabuhan laut di Indonesia cukup banyak sehingga lalu lintas kapal laut cukup padat. Dikhawatirkan apabila tidak ada penanganan serius, biofouling yang menempel pada lambung atau dinding kapal dapat berpindah mengikuti perjalanan kapal laut.
"Nanti bisa-bisa merusak terumbu karang," ungkapnya.