Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Diversifikasi Ekspor Kian Mendesak

Memburuknya performa ekspor minyak sawit mentah bulan lalu membuktikan bahwa kebutuhan untuk mendiversifikasi produk ekspor nonkomoditas kian mendesak, dalam rangka memperbaiki struktur perdagangan Indonesia.

Bisnis.com, JAKARTA—Memburuknya performa ekspor minyak sawit mentah bulan lalu membuktikan bahwa kebutuhan untuk mendiversifikasi produk ekspor nonkomoditas kian mendesak, dalam rangka memperbaiki struktur perdagangan Indonesia.

Peneliti Lembaga Pengkajian Penelitian dan Pengembangan Ekonomi (LP3E) Kadin Indonesia Ina Primiana berpendapat diversifikasi produk ekspor tersebut hanya bisa dilakukan apabila industri hulu di dalam negeri telah diperkuat.

“Menurut saya, saat ini sudah waktunya Indonesia memperbaiki dan memperkuat industri hulu. Jadi, barang yang diekspor hanya yang memiliki nilai tambah, bukan komoditas mentah,” ujarnya kepada Bisnis.com, Senin (19/5/2014).

Sekadar catatan, CPO merupakan komoditas ekspor unggulan yang memiliki andil terbesar kedua dalam proporsi ekspor nonmigas. Akan tetapi, performanya sangat rentan terhadap pergerakan harga dunia dan kondisi ekonomi serta kebijakan di negara tujuan.

Pada April, volume penjualan CPO dan produk turunannya ke luar negeri terjerembab 23% menjadi hanya 1,38 juta ton, setelah menyentuh pertumbuhan sebesar 13% (1,79 juta ton) bulan sebelumnya akibat anjloknya permintaan secara tak terduga dari para konsumen utama.

Secara nilai, harga CPO juga melandai 5% (US$893-US$930 per ton) bulan lalu dari bulan sebelumnya, serta diprediksi tidak akan bergeser jauh dari kisaran US$890-US$920 per metrik ton pada bulan ini.

Kondisi tersebut dinilai cukup menjadi bukti bahwa pemerintah harus segera fokus pada manuver diversifikasi. “Jangan sampai salah strategi lagi. Barang mentah diekspor, tetapi kebutuhan bahan baku kita malah impor,” lanjut Ina.

Menurutnya, struktur ekspor nonmigas yang ideal adalah yang tidak didominasi oleh penjualan material mentah, melainkan produk manufaktur. Oleh karena itu, penguatan industri menjadi ujung tanduk dalam strategi diversifikasi produk ekspor tersebut.

“Yang ideal, industri dibangun berdekatan dengan sumber bahan baku, sehingga biaya angkutnya murah. Sekarang, dengan bahan mentah yang kita miliki, perlu untuk diidentifikasi apakah untuk memenuhi industri yang ada atau merancang industri baru dalam rangka penghiliran.”

Kementerian Perdagangan menargetkan ekspor nonmigas bertumbuh sekitar 5,5%-6,5% tahun ini, atau setara dengan kisaran US$158 miliar-US$159 miliar.

Adapun, target pertumbuhan ekspor secara total diharapkan mencapai 4,1% (US$190 miliar).

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper