Bisnis.com, BEKASI--Perajin tahu dan tempe di Kota Bekasi mengeluhkan harga kedelai yang menembus Rp8.300 kg serta cenderung meningkat tiap tahun.
Peningkatan harga bahan baku itu menyebabkan para perajin tempe kelimpungan lantaran harga jual produk tempe dan tahu tidak terkerek naik.
Wahyu, perajin tahu dan tempe di Bekasi, mengatakan kenaikan harga kedelai selalu berubah setiap tahun.
Saat ini, kata dia, harga kedelai yang dijual dipasaran bisa mencapai Rp830.000/ kuintal atau setara dengan 8.300/kg.
“Harga bahan baku naik, sementara pembeli tidak mau jika harga tempe dan tahu ikut naik. Hal ini yang membuat kami kebingungan,” katanya, Selasa (13/5/2014).
Wahyu memaparkan awal tahun ini harga kedelai sekitar Rp8.000/kg. Dengan harga tersebut, kata dia, perajin bisa melakukan efisiensi dengan mengurangi ukuran tempe yang dijual di pasaran.
Hal itu terpaksa dilakukan pengrajin lantaran konsumen menolak atas kenaikan harga jual produk jadi.
Namun beberapa pekan ini, kata dia, harga bahan baku tempe terus merangkak naik hingga di level Rp8.300/kg.
“Kenaikan harga bahan baku Rp50/kg pengaruhnya sangat besar pada biaya produksi. Nah, sekarang ini kenaikan sampai Rp300/kg. Kami mau ambil untung darimana,” paparnya.
Ketidakpastian harga kedelai yang ditentukan pemerintah, membuat usaha Wahyu sempat tutup 3 bulan.
Pihaknya yang telah menekuni bisnis ini selama 20 tahun tidak kuat apabila harus menanggung kerugian yang cukup besar.
“Kalau tidak tutup produksi, kami justru tidak bisa makan karena menanggung rugi,” ujarnya.
Wahyu meminta kepada Pemkot Bekasi untuk mengawasi dan mengontrol harga kedelai di pasaran yang cenderung naik.
Menyinggung soal pasokan bahan baku, pihaknya mengaku tidak khawatir. Pasalnya, ketersedian kedelai yang dibutuhkan petani sampai saat ini mencukupi.
Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi (Disperindagkop) Kota Bekasi Herbert Panjaitan mengatakan bila harga kedelai naik yang diuntungkan dari petani.
Sebaliknya, kata dia, industri rumah yang menggunakan bahan baku kedelai terkena imbasnya.
“Sampai saat ini belum kami temukan distributor atau pemasok kedelai, hanya bersifat konsumsi rumah tangga. Dan kami saat ini belum berencana melakukan sidak,” paparnya.