Bisnis.com, JAKARTA—Defisit transaksi berjalan kuartal I/2014 menyusut 2,32% menjadi US$4,2 miliar dari kuartal sebelumnya US$4,3 miliar akibat turunnya impor barang, serta menyusutnya defisit neraca jasa dan neraca pendapatan.
Neraca pembayaran Indonesia yang dirilis Bank Indonesia (BI) menyebutkan impor barang tercatat turun 6,38% menjadi US$40,86 miliar dari US$43,65 miliar. Neraca jasa turun 28,90% menjadi US$2,21 miliar, dan neraca pendapatan turun 7% menjadi US$6,49 miliar.
Direktur Komunikasi Departemen Komunikasi BI Peter Jacobs mengatakan turunnya impor nonmigas mengikuti lemahnya permintaan domestik. Hal itu terlihat dari turunnya impor nonmigas, seperti impor bahan baku dan barang modal.
“Meskipun begitu, melemahnya impor nonmigas mengakibatkan surplus neraca perdagangan nonmigas kuartal I/2014 sebesar US$3,54 miliar, lebih rendah dari kuartal IV/2013 sebesar US$4,76 miliar,” ujarnya dikutip dari siaran pers BI, Jumat (9/5/2014).
Peter menjelaskan turunnya surplus neraca perdagangan nonmigas dipengaruhi ekspor nonmigas yang kembali tumbuh negatif akibat melemahnya permintaan global, terutama Tiongkok. Hal ini diperkeruh dengan harga komoditas yang melemah dan dampak dari UU Minerba.
Dari neraca jasa, menyusutnya defisit disebabkan turunnya pengeluaran jasa transportasi dan pengeluaran jasa travel, seiring turunnya impor barang dan jumlah warga Indonesia yang berpergian ke luar negeri pasca berakhirnya musim haji dan liburan akhir tahun.
“Dalam periode yang sama, defisit neraca pendapatan juga menyusut, terutama akibat berkurangnya pembayaran bunga utang luar negeri sesuai jadwalnya,” katanya.