Bisnis.com, PALEMBANG - PT Pusri Palembang akan mengadakan pertemuan dengan para pemasok gas bumi untuk mengamankan pasokan gas sebagai bahan baku bagi kelancaran produksi pupuk pada tahun ini.
Produsen pupuk pelat merah yang berkantor pusat di Palembang itu menargetkan pada tahun ini bisa memproduksi pupuk sebanyak 2,045 juta ton.
Kepala Bagian Humas PT Pusri Palembang Sulfa Ganie mengatakan pertemuan dengan suplier gas bumi diperlukan karena gas merupakan bahan baku yang penting untuk produksi.
“Sebab kalau tekanan gas itu berkurang sedikit saja dari keperluan akan berpengaruh besar terhadap produksi. Melalui pertemuan itu kami ingin meminimalisasi gangguan pada pasokan gas,” paparnya, saat ditemui Bisnis,Kamis (8/5/2014).
Dalam pertemuan yang rencananya berlangsung di Yogyakarta pada akhir Mei 2014 atau awal Juni 2014 itu, perseroan akan mengundang sejumlah perusahaan pemasok gas, seperti Pertagas, Medco dan Pertamina Gas. Pusri juga berencana mengundang SKK Migas.
Sulfa mengemukakan pihaknya membutuhkan suplai gas sebanyak 74.020.000 MMBTU per tahun. Adapun biaya yang dikeluarkan Pusri untuk membeli gas tersebut mencapai Rp35 miliar per bulan.
Dia mengatakan kepastian suplai gas itu juga dibutuhkan karena kebutuhan pupuk saat ini cukup tinggi. “Jangan sampai nanti menganggu pertanian dan produksi padi. Oleh karena itu kami ingin memastikan semua hal berjalan lancar,” katanya.
Kapal Baru
Dalam kesempatan yang sama, Sulfa menambahkan Pusri menargetkan kapal self propelled urea barge (SPUB) yang baru diluncurkan bisa beroperasi pada Juni 2014.
Dia mengatakan kapal baru tersebut memiliki kapasitas beban angkut hingga 8.500 ton dan digunakan untuk rute ke Pelabuhan Belawan, Medan.
Pembuatan kapal itu sendiri dilakukan oleh PT Anggrek Hitam selama 16 bulan, terhitung sejak 22 Desember 2012. “Dengan adanya kapal baru itu, jumlah total kapal yang dimiliki Pusri sebanyak 8 kapal. Penambahan kapal ini untuk mengoptimalkan distribusi pupuk ke area pemasaran,” katanya.
Menurut dia, kapal bernama Pusri Indonesia-I itu memiliki kapasitas yang lebih banyak dibanding kapal sebelumnya yang berkapasitas sekitar 6.000 ton – 6.500 ton.
Sulfa melanjutkan, muatan setiap kapal SPUB harus dioptimalkan untuk menjaga efisiensi perusahaan.
“Kalau muatan kurang dari kapasitas maksimal jadi tidak efisien, biaya angkut jadi semakin tinggi,” katanya.
Dia mencontohkan biaya angkut pupuk untuk ke Pelabuhan Belawan mencapai Rp282.700 per ton sehingga kalau tidak optimal maka terjadi cost yang tidak efisien.