Bisnis.com, JAKARTA--Bahan baku industri pengalengan ikan di Indonesia saat ini masih bergantung pasokan impor, baik ikan tuna maupun ikan lemuru. Hal ini membuat terjadi peningkatan biaya produksi ikan kaleng di industri pengalengan ikan.
Ketua Harian APIKI Ady Surya saat dihubungi Bisnis.com Kamis (8/5) menjelaskan, dalam kondisi normal APIKI bisa memenuhi 50% kebutuhan ikan tuna kaleng di Indonesia sebesar 350.000 ton dan 70% kebutuhan ikan lemuru kaleng dari total 250.000 ton.
Namun saat ini, kondisi suplai bahan baku ikan tuna dan lemuru di Indonesia bagi industri pengalengan ikan, terus menurun.
Menurutnya nelayan yang bekerjasama dengan pihaknya hanya mampu memenuhi 25% kebutuhan pasokan tersebut dan sisanya sebesar 75% ditutupi impor.
“Ini membuat adanya peningkatan biaya karena harga bahan baku impor ini lebih mahal sekitar 20%-30% dari harga jual ikan nelayan lokal,” terangnya.
Suplai ikan baku yang diolah APIKI sepenuhnya dipasok oleh nelayan lokal.
Dari 500.000 kapal nelayan yang menjadi mitra, hanya sekitar 2% nya memiliki kapasitas besar mencapai 30 gross ton.
Akibat kondisi ini pihaknya hanya berani memasang target kenaikan produksi sebesar 10%-15% pertahun, dari total kemampuan produksi mereka.