Bisnis.com, JAKARTA—Asosiasi petani menyatakan bahwa revisi yang dilakukan oleh Kementerian Pertanian terhadap arahan surplus presiden merupakan hal positif yang sudah semestinya dilakukan sejak awal tahun.
Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Tohir menjabarkan, ada 3 masalah pokok yang membuat target pangan harus direvisi, yaitu banjir yang menerpa Indonesia pada awal 2014.
Berikutnya, tingkat kelembapan tinggi yang mengakibatkan wabah hama seperti wereng batang coklat (WBC) terhadap tanaman padi dan alokasi pupuk subsidi yang sangat kurang.
“Kalau target itu direvisi, ya bagus. Jangan dipaksakan data [produksi] naik terus, nanti malah ribut. Misalnya, data surplus tapi ujungnya impor lagi,” ujarnya kepada Bisnis.com, Minggu (4/5/2014).
Oleh karena itu, angka koreksi target tersebut untuk jagung dan kedelai sudah tepat, kecuali untuk padi yang diperkirakan hanya sanggup mencapai 70 juta ton GKG karena serangan hama WBC yang masif.
Winarno menuturkan, produksi jagung dan kedelai juga kemungkinan besar meleset dari proyeksi meskipun Kementan telah merevisi target produksi apabila masalah pupuk dan hama tidak segera diatasi.
Setelah mengestimasi, dia memaparkan bahwa asosiasi memperkirakan bahwa kebutuhan total petani terhadap pupuk bersubsidi adalah sebesar 9,2 juta ton, sementara yang dialokasikan sampai sejauh ini hanya 7,4 juta ton.
Tentu saja, kata Winarno, ada kekurangan 1,8 juta ton pupuk bersubsidi yang sangat dibutuhkan oleh petani, yang bermuara terhadap turunnya realisasi produksi padi, jagung dan kedelai.