Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PRODUKSI PANGAN: Kementan Koreksi Arahan Surplus Presiden

Kementerian Pertanian mengakui bahwa sasaran surplus pangan yang dituntut oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono pada akhir tahun lalu tidak realistis
Kementan mengklaim bahwa faktor bencana alam seperti banjir turut berkontribusi, yang menyebabkan produksi pangan menjadi tidak optimal meskipun tingkat lahan terkena puso kurang dari 1%. /bisnis.com
Kementan mengklaim bahwa faktor bencana alam seperti banjir turut berkontribusi, yang menyebabkan produksi pangan menjadi tidak optimal meskipun tingkat lahan terkena puso kurang dari 1%. /bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA—Kementerian Pertanian mengakui bahwa sasaran surplus pangan yang dituntut oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono pada akhir tahun lalu tidak realistis dan merevisi target produksi tahun ini menjadi tidak berubah signifikan dibandingkan dengan realisasi produksi pada 2013.

“Kami kehilangan banyak waktu ketika proses penganggaran awal tahun ini. Oleh karena itu kami lakukan koreksi untuk target produksi tanaman pangan,” tutur Menteri Pertanian Suswono, Jumat (2/5/2014).

Suswono menuturkan target produksi tanaman pangan yang dikoreksi adalah padi dari 76 juta ton gabah kering giling (GKG) menjadi 73 ton GKG, jagung menjadi 18 juta ton dari target semula 20 juta ton dan yang mengalami koreksi paling signifikan adalah kedelai, dari 1,5 juta ton menjadi 1,2 juta ton.

Dari catatan Bisnis.com, jika realisasi produksi sesuai dengan target koreksi Kementerian Pertanian, maka yang paling perlu diwaspadai adalah kedelai, karena angka 1,2 juta ton hanya selisih tipis dibandingkan dengan proyeksi kebutuhan konsumsi tahun ini yang berada di kisaran 1,98 juta ton atau defisit sekitar 700.000-800.000 ton.

Padahal pada awal tahun, Kementerian pertanian menargetkan produksi padi tumbuh 8,04% dibandingkan dengan 2013, sementara jagung naik 12,48% dan kedelai meningkat sangat fantastis, yaitu 85%.

Di sisi lain, Indonesia juga kedapatan mengalami defisit perdagangan pangan sebesar US$3,86 miliar, karena hanya mampu mengekspor senilai US$104,58 juta dibandingkan dengan nilai impor sekitar US$3,97 miliar.

Selain masalah molornya pengetokan anggaran, Kementan mengklaim bahwa faktor bencana alam seperti banjir turut berkontribusi, yang menyebabkan produksi pangan menjadi tidak optimal meskipun tingkat lahan terkena puso kurang dari 1%.

Suswono menjelaskan satu masalah lain yang membuat target produksi pangan harus direvisi adalah kesenjangan pemahaman antar pemerintah daerah (pemda).

Hal itu karena pemda yang menjadi sentra pangan, baik padi maupun jagung, masih berpikir untuk menunjang kebutuhan daerahnya sendiri. “Padahal sebagai sentra pangan, harus berpikir nasional,” ungkapnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Arys Aditya
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper