Cari berita
Bisnis.com

Konten Premium

Bisnis Plus bisnismuda Koran Bisnis Indonesia tokotbisnis Epaper Bisnis Indonesia Konten Interaktif Bisnis Indonesia Group Bisnis Grafik bisnis tv

PRODUKSI PANGAN: Kementan Koreksi Arahan Surplus Presiden

Kementerian Pertanian mengakui bahwa sasaran surplus pangan yang dituntut oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono pada akhir tahun lalu tidak realistis
Arys Aditya
Arys Aditya - Bisnis.com 04 Mei 2014  |  18:44 WIB
PRODUKSI PANGAN: Kementan Koreksi Arahan Surplus Presiden
Kementan mengklaim bahwa faktor bencana alam seperti banjir turut berkontribusi, yang menyebabkan produksi pangan menjadi tidak optimal meskipun tingkat lahan terkena puso kurang dari 1%. - bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA—Kementerian Pertanian mengakui bahwa sasaran surplus pangan yang dituntut oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono pada akhir tahun lalu tidak realistis dan merevisi target produksi tahun ini menjadi tidak berubah signifikan dibandingkan dengan realisasi produksi pada 2013.

“Kami kehilangan banyak waktu ketika proses penganggaran awal tahun ini. Oleh karena itu kami lakukan koreksi untuk target produksi tanaman pangan,” tutur Menteri Pertanian Suswono, Jumat (2/5/2014).

Suswono menuturkan target produksi tanaman pangan yang dikoreksi adalah padi dari 76 juta ton gabah kering giling (GKG) menjadi 73 ton GKG, jagung menjadi 18 juta ton dari target semula 20 juta ton dan yang mengalami koreksi paling signifikan adalah kedelai, dari 1,5 juta ton menjadi 1,2 juta ton.

Dari catatan Bisnis.com, jika realisasi produksi sesuai dengan target koreksi Kementerian Pertanian, maka yang paling perlu diwaspadai adalah kedelai, karena angka 1,2 juta ton hanya selisih tipis dibandingkan dengan proyeksi kebutuhan konsumsi tahun ini yang berada di kisaran 1,98 juta ton atau defisit sekitar 700.000-800.000 ton.

Padahal pada awal tahun, Kementerian pertanian menargetkan produksi padi tumbuh 8,04% dibandingkan dengan 2013, sementara jagung naik 12,48% dan kedelai meningkat sangat fantastis, yaitu 85%.

Di sisi lain, Indonesia juga kedapatan mengalami defisit perdagangan pangan sebesar US$3,86 miliar, karena hanya mampu mengekspor senilai US$104,58 juta dibandingkan dengan nilai impor sekitar US$3,97 miliar.

Selain masalah molornya pengetokan anggaran, Kementan mengklaim bahwa faktor bencana alam seperti banjir turut berkontribusi, yang menyebabkan produksi pangan menjadi tidak optimal meskipun tingkat lahan terkena puso kurang dari 1%.

Suswono menjelaskan satu masalah lain yang membuat target produksi pangan harus direvisi adalah kesenjangan pemahaman antar pemerintah daerah (pemda).

Hal itu karena pemda yang menjadi sentra pangan, baik padi maupun jagung, masih berpikir untuk menunjang kebutuhan daerahnya sendiri. “Padahal sebagai sentra pangan, harus berpikir nasional,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak Video Pilihan di Bawah Ini :

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini :

produksi pangan produksi padi produksi beras produksi kedelai pertanian jagung
Editor : Fatkhul Maskur

Artikel Terkait



Berita Lainnya

    Berita Terkini

    back to top To top