Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produksi IKM Rokok Turun Drastis

Pertumbuhan produksi industri manufaktur kecil dan menengah pada triwulan 1/2014 hanya 4,41% atau tidak bisa mencapai target pemerintah, yakni dengan pertumbuhan 7%. Adapun Industri tembakau tercatat yang mengalami penurunan produksi paling tinggi.nn

Bisnis.com,  JAKARTA - Pertumbuhan produksi industri manufaktur kecil dan menengah pada triwulan 1/2014 hanya 4,41% atau tidak bisa mencapai target pemerintah, yakni dengan pertumbuhan 7%. Adapun Industri tembakau tercatat yang mengalami penurunan produksi paling tinggi.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), hampir sebagian besar industri pionir di sektor industri kecil dan menengah mengalami penurunan pertumbuhan. Penurunan paling tinggi dialami oleh produksi industri tembakau yang turun 33,05%, industri mesin dan perlengakapan turun 16,22%, industri kertas dan barang dari kertas turun 6,12% dan industri farmasi, obat dan obat tradisional turun 5,99%.

Bukan hanya itu, produksi industri barang galian bukan logam turun 4,38%, industri komputer, barang eletronik dan optik turun 3,76%, produksi industri minuman turun 3,64%, alat angkutan lainnya turun 2,85% dan jasa reparasi dan pemasangan mesin dan peralatan juga turun 2,48%.

Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian Panggah Susanto mengatakan produksi industri tembakau terbesar penurunannya. Padahal, industri tembakau atau rokok sudah menjadi industri prioritas Kementerian Perindustrian. Menurut Panggah, pihaknya bukan mendorong untuk merokok melainkan selama ini industri rokok sangat berperan besar dalam penyerapan tenaga kerja.

Saya rasa, untuk menggantikan peran industri tembakau sulit, tetapi untuk mengurangi konsumsi bisa. Industri rokok ini memberikan cukai dan PPN hingga Rp150 triliun,” kata Panggah di Jakarta, Sabtu  (3/5/2014).

Sebelumnya, seperti diberitakan Bisnis, Ketua Harian Forum Masyarakat Industri Rokok Seluruh Indonesia (Formasi) Heri Susianto mengatakan aturan PMK No. 200/2011mendorong industri rokok kecil menuju kebangkrutan. Dengan aturan tersebut, menurut data tahun lalu dari 147 pabrik rokok kecil yang ada hampir setengahnya mati suri. Mereka hanya berproduksi jika adapesanan. Kami enggak tahu apakah mereka bisa terus bertahan untuk memproduksi rokok atau tidak.”

Pada sisi lain, Dirjen Industri Kecil dan Menengah Euis Saedah sudah memprediksi pertumbuhan produksi IKM pada triwulan I/2014 hanya 4% atau masih di bawah estimasi Kementerian Perindustrian yang mencapai 7%. Menurutnya, pelaku IKM tahun ini dihadapkan beberapa kendala berkaitan dengan membengkaknya biaya produksi 20%-30% akibat kenaikan tarif dasar listrik (TDL), penaikan upah buruh dan pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Meski dihantam beberapa kendala dan hambatan, Euis tetap optimis target pertumbuhan IKM tahun ini juga ditopang oleh sektor industri pakaian jadi khususnya fesyen yang meningkat 8% dan IKM sektor makanan yang diprediksi tumbuh 7%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper