Bisnis.com, JAKARTA - Tren penyerapan tenaga kerja dari penanaman modal di Indonesia terancam kian mengecil pada masa mendatang seiring dengan minat investor yang lebih tertarik menyasar industri padat modal.
Data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menunjukkan penyerapan tenaga kerja dari realisasi investasi kuartal I/2014 sebesar 260.156 tenaga kerja, turun 26% dari periode yang sama tahun lalu 351.513 tenaga kerja.
Capaian tersebut merupakan terendah sejak tiga tahun lalu, atau tepatnya kuartal II/2011 sebesar 225.804 tenaga kerja. Padahal, nilai realisasi investasi sejak kuartal II/2011 tumbuh 72% menjadi Rp106,6 triliun, pada kuartal II/2014.
Kepala BKPM Mahendra Siregar mengaku BKPM tengah mendalami masalah kian menyusutnya penyerapan tenaga kerja dari realisasi investasi. Menurutnya, ada perubahan minat investor dalam melakukan investasi.
“Kami melihat tren ini. Kuartal pertama ini memang berubah sekali, padahal beberapa kuartal yang lalu tidak sedrastis ini. Tetapi, saya tidak mau cepat-cepat merespon kondisi ini. Kita harus hati-hati membaca perubahan itu,” katanya di Gedung BKPM, Kamis (24/04).
Mahendra menilai sinyal menyusutnya kontribusi investasi terhadap tenaga kerja perlu segera diwaspadai. Kalau tidak, lanjutnya, momentum penyerapan tenaga kerja yang besar dari investasi yang masuk, baik asing maupun lokal, terancam menghilang.
Dia berpendapat perbaikan daya saing, terutama dari sisi produktivitas sumber daya manusia menjadi kunci utama agar kualitas pertumbuhan investasi terhadap penciptaan lapangan kerja tetap di level yang tinggi.
“Saat ini memang produktivitas kita tinggi, tetapi itu lebih disebabkan karena didorong dari tumbuhnya industri padat modal. Padahal, produktivitas itu seharusnya ditingkatkan karena kualitas SDM kita yang membaik. Ini harus menjadi perhatian kita semua,” jelasnya.