Bisnis.com, JAKARTA- Rendahnya ekspor barang cetakan membuat kalangan pengusaha percetakan menuding pemerintah tidak memprioritaskan industri percetakan. Sebab itu, pemerintah didorong untuk membuat kebijakan yang bisa mendorong industri ini.
Ketua Umum Persatuan Perusahaan Grafika Indonesia (PPGI) Jimmy Junianto mengatakan sepanjang 2013, ekspor barang cetakan Indonesia hanya sekitar US$260 juta. Dibandingkan dengan Singapura yang sama-sama tidak memproduksi mesin percetakan, Indonesia kalah telak. Ekspor barang cetakan Singapura menembus angka US$1,5 miliar.
Jimmy mengklaim, pemerintah, dalam hal ini Kementerian Perindustrian tidak cukup memprioritaskan industri ini untuk maju. Sebagai gambaran, kapasitas kertas yang merupakan bahan baku produk cetakan pada 2013 adalah 13,6 juta ton. Adapun kertas yang terpakai mencapai 12,8 juta ton.
Namun, dari 12,8 juta ton per tahun ini, sebanyak 40 % diekspor. “Dengan kata lain 60% untuk domestik. Padahal ekspor kertas gelondongan dapat dikurangi, kemudian dijadikan barang cetakan di dalam negeri dan hasilnya diekspor. Sekarang eskpor barang cetakan kita sedikit,” kata Jimmy saat acara media briefing pameran internasional untuk industri plastik, pengemasan, pemrosesan dan percetakan di Indonesia, Rabu (16/4/2014).
Manurutnya, rendahnya ekspor barang cetakan tidak ada hubungannya dengan belum bisanya Indonesia memproduksi mesin cetak. Pasalnya, Singapura, Malaysia, Thailand juga tidak memproduksi, tetapi bisa terus meningkatkan ekspor barang cetakan. Sehingga, kata dia, tidak masalah bila harus mengimpor.
Adapun bila Indonesia Indonesia ingin mendatangkan investasi untuk membuat pabrik mesin cetak di dalam negeri, Indonesia harus melompat lebih jauh.
“Kementerian Perindustrian harus memfasilitasi, mesin cetak yang dibuat harus digital printing yang bisa mencetak secara massal, jadi banyak. Industri ini masih sangat bisa dikembangkan kalau pemerintah mau membantu memfasilitasi. Sekarang yang diperhatikan hanya industri kertas-nya saja.”
Sulitnya membangun industri mesin cetak di dalam negeri lantaran infrastruktur yang tidak mendukung. “Kami minta Kemenperin untuk sadar bahwa ekspor barang cetakan wajib ditingkatkan karena teknologi sudah ada, kertas juga melimpah, harus dibuktikan,” tambah dia.