Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PASCA PEMILU 2014: IHSG & Rupiah Lunglai Jangan Terlalu Dikhawatirkan

Bank Indonesia menilai respon negatif pasar dengan melemahnya indeks harga saham gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah terhadap dolar terhadap perhitungan cepat pemilihan umum (pemilu) bukan hal yang mengkhawatirkan.n
Hasil Hitung Cepat Pemilu 2014/Bisnis Indonesia
Hasil Hitung Cepat Pemilu 2014/Bisnis Indonesia

Bisnis.com,JAKARTA - Bank Indonesia menilai respon negatif pasar dengan melemahnya indeks harga saham gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah terhadap dolar terhadap perhitungan cepat pemilihan umum (pemilu) bukan hal yang mengkhawatirkan.Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara mengungkapkan bila IHSG menguat lalu melemah merupakan hal yang biasa karena ada yang mengambil posisi profit taking di tengah kondisi pemilu."Kondisi pasar uang tak perlu dikhawatirkan tetapi yang penting dijaga adalah angka fundamental," katanya.Mirza mengungkapkan komponen fundamental yang harus dijaga antara lain neraca perdagangan, utang luar negeri serta inflasi. Adapun kondisi neraca perdagangan Indonesia (NPI) Februari 2014 mengalami surplus sebesar US$785,3 juta. Dia optimistis posisi NPI April bisa semakin baik. "Angka neraca perdagangan Maret belum keluar, tetapi akan cukup baik dan inflasi April juga akan terjaga baik".Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi Maret mencapai 0,08% month to month. Angka tersebut lebih rendah dengan inflasi Februari pada level 0,26% dan jauh lebih rendah dari inflasi Maret 2013 sebesar 0,63%.BI memprediksi inflasi April akan lebih rendah dari Maret 2014 karena April 2014 merupakan bulan panen, sehingga inflasi bulan ini diprediksi akan lebih kecil.Di sisi lain, posisi cadangan devisa Indonesia akhir Maret 2014 mencapai US$102,6 miliar, sedikit menurun dari posisi akhir Februari 2014 sebesar US$102,7 miliar. Meski mengalami penurunan, tetapi posisi cadangan devisa tersebut dapat membiayai 5,9 bulan impor atau 5,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Yusran Yunus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper