Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ground Breaking Smelter Bauksit Bintan Alumina Ditunda

Bintan Alumina Indonesia (BAI) siap melakukan peletakan batu pertama pembangunan smelter bauksit menjadi alumina sebelum September 2014.
Ilustrasi/Bisnis.com
Ilustrasi/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Bintan Alumina Indonesia (BAI) siap melakukan peletakan batu pertama pembangunan smelter bauksit menjadi alumina sebelum September 2014.

Awalnya, BAI yang berpartner dengan Shandong Nanshan Aluminium Co. Ltd akan melakukan ground breaking pada April ini. Namun, Menteri Perindustrian M.S. Hidayat mengatakan, lantaran ada permasalahan lahan yang belum selesai, rencana tersebut ditunda.

“Iya ditunda, satu atau dua bulan,” kata Hidayat di Kemenperin, Kamis (10/4/2014).

Direktur Utama BAI Santony mengatakan investasi smelter senilai US$1 Miliar ini akan berkapasitas sekitar 2,1, juta ton/tahun yang akan berproduksi pada 2017 atau 2018. Rencananya, alumina itu akan diolah menjadi ingot atau batang logam dengan kapasitas 530.000 ton/tahun.

“Kami ingin agar ground breaking kami diresmikan Menperin. Mei ini akan konstruksi dan selesai pada 2017, kami kerjasama dengan perusahaan China, Shandong Nanshan Aluminium Co. Ltd ,” kata Santony.

Sebelumnya, pihak Shandong Nanshan sudah beberapa kali menemui Menperin untuk berkonsultasi mengenai pembangunan smelter. Namun, Shandong enggan mengumumkan siapa lokal partner yang akan diajak bekerja sama. Dalam proyek ini, Nanshan mendominasi dengan komposisi saham 95% milik China dan 5% milik BAI.

Nanshan merupakan salah satu dari 5 investor China yang membangun smelter di Indonesia dan telah mendapat izin Penanaman Modal Asing (PMA) dan Badan Koordinator Penanaman Modal (BKPM). Adapun, setiap produk yang dihasilkan rencananya akan diekspor ke Jepang, Amerika, dan Eropa. Namun, bila kebutuhan untuk dalam negeri telah tercukupi.

Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur Kemenperin Harjanto mengatakan kapasitas 2,1 juta ton per tahun akan dilakukan secara bertahap. Pada 2015, kapasitas smelter kemungkinan sekitar 700.000 ton/tahun, pada 2017 mencapai 1,4 juta ton/ tahun. “Pada 2018 akan full 2,1 juta ton/ tahun,” katanya.

Investasi US$1 miliar diperkirakan hanya untuk pembangunan smelter. Untuk keseluruhan, diperkirakan bisa mencapai US$5 miliar yang juga akan digunakan untuk membangun infrastruktur berupa pelabuhan dan akses jalan, serta power plant di sana.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Riendy Astria
Editor : Sepudin Zuhri

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper