Bisnis.com, JAKARTA—Asosiasi petani mengestimasi serangan hama wereng batang coklat (WBC) yang melanda sampai 30% luas areal sentra produksi padi di seantero Jawa saat panen raya tahun ini menggerus hingga 10%-15% total produksi padi nasional.
Sebelumnya, pada akhir tahun lalu Presiden SBY memberikan arahan kepada pelaku usaha pertanian pangan agar sanggup memproduksi hingga 43 juta ton beras, atau surplus produksi sebanyak 10 juta ton dari konsumsi beras nasional yang mencapai 33 juta ton. Namun, hal itu nampaknya susah terealisasi.
“Padi sudah panen raya, tapi yang panen sebelum April kena hama WBC karena kelembapan tinggi. Kalau dibandingkan produksi tahun lalu, ya sekitar 6-7 juta GKG (gabah kering giling) ton habis [karena serangan hama],” kata Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Tohir kepada Bisnis, Minggu (6/4/2014).
Winarno menjelaskan, serangan WBC yang dimulai karena kelembapan tinggi itu merata di seluruh provinsi Pulau Jawa yang menjadi lumbung padi nasional, mulai Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
BPS melansir, pada 2013 tiga besar lumbung padi nasional masih dipegang oleh Jawa Barat dengan produksi 12,04 juta ton GKG, Jawa Timur sebanyak 12,04 juta ton GKG dan Jawa Tengah 10,3 juta ton GKG.
Sentra produksi padi Indonesia di luar Jawa, katanya, seperti Sulawesi Selatan juga tak luput dari serangan WBC, meski pihaknya belum mendapat laporan mendetail seberapa luas areal terserang dan produksi yang ludes.
Pada tahun lalu, Sulawesi Selatan berkontribusi sebesar 5,03 juta ton GKG, atau sekitar 7% produksi padi nasional yang berjumlah 71,2 juta ton GKG. Sulsel sendiri memiliki areal panen seluas 983.107 ha.
Winarno juga menjabarkan, serangan hama WBC hanya melanda areal yang dipanen pada Maret, dan situasi ini kemudian membaik pada bulan ini. Oleh karena itu, paparnya, pihaknya masih optimis 50% sisa padi yang belum dipanen pada bulan lalu masih bisa diselamatkan dan tidak akan tertimpa tragedi serupa.
Dia menjabarkan, salah satu sebab begitu luasnya areal yang terkena adalah karena pemerintah sama sekali tidak mempersiapkan datangnya serangan hama ini. Hal ini, kata Winarno, menyulitkan petani dan asosiasi yang hanya memiliki kemampuan teknis di lapangan.
Di sisi lain, ungkapnya, pemerintah juga tidak bersiap untuk menambah alokasi benih dan pupuk bersubsidi untuk menambal kegagalan produksi akibat hama ini, juga tidak adanya asuransi yang mencukupi, sehingga petani yang mengalami gagal panen tidak dapat segera menanam ulang lahan mereka.
Akhir tahun lalu, Institut Pertanian Bogor (IPB) meminta pemerintah untuk mewaspadai ledakan hama wereng batang coklat (WBC) pada 2013 yang berpotensi menghilangkan hasil panen padi sebesar 30% atau setara dengan 6,05 juta ton GKG (gabah kering giling) atau 3,33 juta ton beras yang jika dikalkulasi, senilai dengan Rp19,99 triliun.