Bisnis.com, JAKARTA—Pemerintah mengklaim hasil positif dari data-data ekonomi sepanjang kuartal pertama tahun ini merefleksikan fundamental perekonomian nasional yang semakin menguat.
Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi dan Pembangunan Firmanzah mengatakan apresiasi nilai tukar rupiah, inflasi yang terkendali, hingga membaiknya neraca perdagangan disebabkan oleh penguatan fundamental ekonomi nasional.
“Kendati demikian, perekonomian Indonesia masih akan menghadapi ketidakpastian global dalam 3-5 tahun mendatang. Oleh karena itu, tugas kita bersama tetap menjaga dan semakin meningkatkan fundamental ekonomi,” ujarnya, dikutip dari Setkab, Jumat (4/4/2014).
Dia menilai menguatnya fundamental ekonomi nasional tersebut salah satunya terlihat dari nilai tukar rupiah yang terus menguat di sepanjang Januari-Maret 2014. Bahkan, penguatan nilai tukar rupiah tersebut tertinggi dari 24 negara berkembang lainnya.
Kinerja positif dari rupiah juga diikuti Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), yang tengah dalam tren menguat. Adapun, aliran dana asing yang masuk sepanjang Januari-Maret 2014, mencapai Rp54 triliun, lebih besar capaian tahun lalu Rp28 triliun.
“Secara sederhana dapat dijelaskan jika penguatan nilai tukar rupiah dan IHSG merupakan dampak dari semakin kokohnya fundamental ekonomi nasional,” ujar Firmanzah yang juga sebagai Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Dari sisi neraca perdagangan, Firmanzah menuturkan kebijakan mendorong ekspor khususnya barang-barang yang bernilai tambah tinggi dan menekan laju impor, telah berdampak pada perbaikan neraca perdagangan saat ini.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan surplus neraca dagang pada Februari 2014 mencapai US$785,3 juta. Ekspor per Februari tercatat US$14,57 miliar naik 0,68%, sedangkan impor tercatat US$13,79 miliar, turun 7,58%.
“Surplus neraca perdagangan Februari 2014 melanjutkan tren surplus sejak Oktober 2013. Saya harap perbaikan pada neraca perdagangan ini dapat menjadi katalis bagi perbaikan neraca pembayaran, sekaligus meningkatkan cadangan devisa,” ujarnya.
Dia mengklaim surplus kinerja perdagangan tersebut merupakan hasil dari kebijakan pengendalian impor, dan dorongan ekspor barang-barang bernilai tambah tinggi, melalui strategi diversifikasi pasar ke pasar nontradisional.