Bisnis.com, JAKARTA--Asian Development Bank (ADB) menyatakan bahwa defisit transaksi berjalan akan menjadi tantangan bagi Indonesia pada tahun ini. Terkait hal tersebut, Pemerintah telah melakukan beberapa langkah antara lain memperlambat permintaan domestik, mendorong ekspor, mengurangi impor, dan menurunkan nilai tukar rupiah.
Namun demikian, menurut ADB, hal tersebut hanya dapat berlangsung sementara.
"Untuk penguatan transaksi berjalan jangka panjang, Indonesia membutuhkan reformasi struktural untuk mencapai produktivitas dan daya saing yang berkesinambungan," tulis Asian Development Outlook 2014, Rabu (2/4/2014).
Lembaga itu mencatat bahwa salah satu reformasi yang sudah dilakukan Indonesia adalah mengurangi subsidi bahan bakar minyak (BBM).
Menurut ADB, langkah ini adalah langkah yang tepat, dan pemerintah harus menjaga komitmennya untuk menerapkan harga BBM berdasarkan harga pasar pada tahun-tahun mendatang.
Pengurangan subsidi dinilai akan memberikan ruang anggaran yang cukup besar untuk infrastruktur, pendidikan dan jaminan kesehatan yang dibutuhkan untuk menciptakan pertumbuhan yang lebih merata.
ADB menyebutkan bahwa peningkatan investasi swasta di bidang infrastruktur untuk mengimbangi anggaran yang terbatas harus menjadi prioritas pemerintah selanjutnya.
"Untuk itu, reformasi kebijakan untuk meningkatkan iklim investasi akan menarik arus investasi asing yang stabil. Hal ini pada akhirnya akan menurunkan defisit transaksi berjalan dalam jangka panjang dan meningkatkan inovasi teknologi untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing," tulis ADB.